Senin 21 May 2018 13:44 WIB

Cinta Ditolak Penyebab Penembakan Brutal di Sekolah Santa Fe

Ibu salah satu korban mengaku pelaku telah ditolak cintanya oleh anaknya.

Rep: Crystal Liestya Purnama/ Red: Bilal Ramadhan
Penembakan Sekolah Santa Fe Texas
Foto: EPA-EFE/Matt Patterson
Penembakan Sekolah Santa Fe Texas

REPUBLIKA.CO.ID, SANTA FE -- Seorang ibu dari salah satu korban penembakan brutal di Santa Fe High School mengaku bahwa pelaku telah ditolak cintanya oleh anaknya. Seorang remaja laki-laki dituduh menembak mati delapan siswa dan dua orang guru dalam baku tembak di sekolah di Houston, Texas, tersebut.

Sadie Rodriguez, ibu Shana Fisher (16 tahun) yang tewas dalam serangan itu, mengatakan bahwa putrinya menolaknya, padahal dia telah melakukan pendekatan terhadap putrinya sejak empat bulan lalu. Kini remaja itu, yang diidentifikasi sebagai Dimitrios Pagourtzis (17 tahun), dipenjara karena dituduh membunuh 10 orang pada hari Jumat (18/5) pagi di sekolah menengah di Santa Fe.

"Shana akhirnya berdiri di hadapannya dan membuatnya malu di kelas. Sepekan kemudian dia menembaki orang-orang yang tidak dia sukai," kata Rodriguez kepada surat kabar Los Angeles Times, Senin (21/5). "Shana adalah yang pertama."

Rodriguez tidak dapat dihubungi untuk dikonfirmasi. Namu, jika informasi itu benar, itu akan menjadi pemotretan sekolah kedua dalam beberapa bulan terakhir yang didorong oleh penolakan.

Pada bulan Maret, seorang siswa sekolah menengah Maryland berusia 17 tahun menggunakan pistol ayahnya untuk menembak seorang siswa perempuan yang putus hubungan dengannya.

Polisi mengatakan, Pagourtzi mengaku melakukan pembunuhan pada hari Jumat setelah dia ditahan. Namun, pihak berwenang tidak memberitahukan motif apa pun untuk pembantaian itu.

Insiden itu menjadi penembakan massal keempat yang mematikan di sekolah negeri Amerika Serikat (AS) dalam sejarah modern. Sementara itu, Distrik Sekolah Independen Santa Fe (ISD) membantah laporan dari beberapa teman sekelas bahwa Pagourtzis telah diganggu, termasuk oleh pelatih sepak bola.

"Administrasi memeriksa klaim ini dan menegaskan bahwa laporan-laporan ini tidak benar," kata yang diungkapkan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (19/5).

Sekolah itu memiliki sekitar 1.460 siswa. Menurut teman-teman sekelas, tersangka dikenal pendiam yang bermain di tim sepak bola. Pada saat kejadian, dia pergi ke sekolah dengan mengenakan jaket antiair berwarna hitam. Lalu, dia mulai melepaskan tembakan dengan pistol dan senapan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement