Rabu 17 Jan 2018 13:00 WIB

Gejolak Gunung Mayon, Lebih Banyak Sekolah Ditutup

Lava mengalir dari gunung berapi Mayon, seperti terlihat dari Desa Busay, Legazpi, 340 kilometer dari Manila, Filipina, Selasa (16/1). Sebanyak 9.000 orang telah mengungsi.
Foto: AP Photo/Dan Amaranto
Lava mengalir dari gunung berapi Mayon, seperti terlihat dari Desa Busay, Legazpi, 340 kilometer dari Manila, Filipina, Selasa (16/1). Sebanyak 9.000 orang telah mengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Gunung berapi paling aktif Filipina memuntahkan lahar yang mengalir di lerengnya dan abu, yang jatuh di kota terdekat, Selasa (16/1). Hal tersebut mendorong pemerintah provinsi menutup lebih banyak sekolah.

Lembaga Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) mencatat sembilan getaran, empat di antaranya disertai air mancur lahar, dan 75 kejadian lava runtuh saat tekanan meningkat, yang mengakibatkan aliran lava dan abu. Phivolcs mengulangi peringatannya, letusan berbahaya dapat terjadi sewaktu-waktu.

Mayon, gunung berapi di wilayah Bicol, yang terkenal sebagai penghasil kelapa, menarik wisatawan karena bentuk kerucutnya hampir sempurna. Gunung itu menunjukkan peningkatan kegiatan sejak Sabtu sehingga ribuan warga diungsikan.

Phivolcs mengatakan aliran lava dan piroklastik yang telah menyebar dapat mencapai zona radius terlarang yaitu enam kilometer dari puncak. "Status waspada 3 tetap berlaku untuk Gunung Mayon, yang berarti saat ini berada dalam tingkat aktivitas yang relatif tinggi saat magma berada di kawah dan letusan berbahaya dimungkinkan dalam beberapa minggu atau bahkan berhari mendatang," katanya.

Tingkat waspada 4 berarti letusan dimungkinkan dalam beberapa hari, sedangkan tingkat 5 adalah saat terjadi letusan berbahaya. Pemerintah provinsi Albay telah memperluas lokasi penutupan sekolah dengan memasukkan lebih banyak kota di sekitar gunung berapi setinggi 2.462 meter itu, dan menyarankan para pelancong menghindari desa-desa yang terserang banjir di tengah jarak pandang buruk.

Penangguhan sekolah memungkinkan pemerintah menggunakan sekolah sebagai tempat penampungan sementara bagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal. Kepala Phivolcs Renato Solidum sebelumnya menggambarkan kegiatan Mayon saat ini sebagai letusan magmatik, yang tidak eksplosif, namun dia tidak akan mengesampingkan ledakan vulkanik yang lebih berbahaya dalam beberapa hari mendatang.

"Apa yang ingin kami lihat adalah apakah akan ada tekanan yang cukup, tekanan gas agar magma berikutnya naik," katanya kepada ABS-CBN News Channel.

Phivolcs menaikkan status waspada terhadap tingkat tiga pada Ahad setelah mendeteksi aliran lava. Orang-orang telah disarankan menjauh dari radius 6-km (4 mil) Zona Bahaya Permanen dan Zona Bahaya yang Diperluas 7 Km di sisi selatan gunung berapi tersebut.

Letusan gunung itu melepaskan abu, batu dan aroma bau sulfur serta diikuti suara gemuruh dan aktivitas lain di lubang kawahnya, kata Phivolcs dalam buletin terbaru. Warga disarankan menutup hidung dan mulut dengan memakai masker. Pesawat terbang juga harus menghindari terbang dekat puncak gunung itu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement