Rabu 24 Jan 2018 14:50 WIB

AS: Kondisi Rohingya Lebih Buruk dari yang Digambarkan Media

Krisis Rohingya hanya bisa diselesaikan dengan keterlibatan internasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Anak-anak Rohingya di pengungsian.
Foto: ACT
Anak-anak Rohingya di pengungsian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) James Mattis mengungkapkan, penderitaan yang dialami Muslim Rohingya lebihburuk daripada yang telah digambarkan berbagai media massa. Menurutnya, ini menjadi alasan AS cukup konsen untuk menyelesaikan krisis di sana.

"Ini adalah tragedi yang lebih buruk dibandingkan dengan (laporan) CNN atau BBC yang telah mampu menggambarkan tentang apa yangtelah terjadi pada orang-orang ini," kata Mattis di sela-sela kunjungannya keJakarta, dilaporkan laman TIME, Rabu (24/1).

Ia menyatakan AS telah terlibat dengan penuh semangat dalam urusan diplomatik yang bertujuan untuk menyelesaikan krisis Rohingya. Hal ini dibuktikan, misalnya, dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan.Cukup banyak uang masuk ke bantuan kemanusiaan untuk Rohingya.

Saat ini Myanmar dan Bangladesh telah menyepakati proses repatriasi ratusan ribu pengungsi Rohingya. Kendati demikian,kesepakatan ini cukup mendapat sorotan dan kritik karena tidak menyinggung tentang jaminan keamanan dan keselamatan bagi para pengungsi.

Baca juga,  Aung San Suu Kyi: Tak Ada Pembersihan Etnis Rohingya.

Ketua Dewan Rohingya Eropa HlaKyaw menilai kesepakatan repatriasi pengungsi Rohingya yang telah dicapai Bangladesh dan Myanmar merupakan sebuah mimpi buruk. Sebab kesepakatan tersebut belum menegaskan tentang jaminan keselamatan, keamanan, dan status kewarganegeraan para pengungsi.

"Kesepakatan repatriasi adalah mimpi buruk bagi semua korban genosida Rohingya yangmelarikan diri ke Bangladesh. Kami sangat mengkhawatirkannya," kata Kyawpada Selasa (23/1).

Ia berpendapat, tanpa jaminan keamanan dan status kewarganegaraan tak akan adapengungsi Rohingya yang mau kembali ke negara bagian Rakhine. Karena merekatelah menyaksikan kekejaman yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar," kata Kyaw menerangkan.

Ia menilai,isu dan krisis Rohingya dapat diselesaikan dengan bantuan masyarakat internasional. "Militer Myanmar akan melakukan operasi lagi setelahbeberapa tahun berselang, kecuali masyarakat internasional mengambil tindakannyata melawan Myanmar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement