Kamis 08 Feb 2018 16:24 WIB

Amnesty: Warga Rohingya Dibuat Kelaparan di Rakhine

Kekurangan pangan sebagian besar disebabkan tindakan pasukan keamanan Myanmar.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
 Dalam foto file bulan September 2017, sejumlah pengungsi perempuan Muslim Rohingya berebut pembagian makanan di kamp pengungsian Balukhali, Bangladesh.
Foto: AP/Dar Yasin
Dalam foto file bulan September 2017, sejumlah pengungsi perempuan Muslim Rohingya berebut pembagian makanan di kamp pengungsian Balukhali, Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Amnesty International mengungkapkan, pihak berwenang di Myanmar telah merampok, menculik, dan dengan secara sengaja membuat warga Rohingya kelaparan di Negara Bagian Rakhine. Perbuatan ini diduga dengan sengaja dilakukan agar kelompok minoritas itu segera meninggalkan Myanmar.

Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan pada Rabu (7/2), kelompok hak asasi manusia tersebut mengatakan pembersihan etnis masih terus berlanjut terhadap Rohingya. Pasukan keamanan Myanmar bahkan merampok keluarga Rohingya di pos pemeriksaan saat mereka mencoba melarikan diri ke Bangladesh.

Para warga Rohingya mengatakan alasan utama mengapa mereka terus melarikan diri dari negara tersebut adalah karena kekurangan makanan.  "Kami tidak bisa mendapatkan makanan, itu sebabnya kami melarikan diri," ujar Dildar Begum (30 tahun) dari sebuah desa dekat Kota Buthidaung di Negara Bagian Rakhine.

 

Baca juga, Aung San Suu Kyi: Tak Ada Pembersihan Etnis Rohingya.

 

Kekurangan pangan sebagian besar disebabkan oleh tindakan pasukan keamanan Myanmar yang memblokir warga Rohingya dari akses ke sawah, pasar, dan bantuan kemanusiaan. "Tindakan yang disengaja oleh pemerintah Myanmar pada dasarnya membuat banyak warga Rohingya kelaparan yang telah mencoba untuk tinggal di desa mereka," kata Amnesty, dikutip Aljazirah.

Amnesty mendapatkan temuannya dari wawancara yang dilakukan di Bangladesh dengan 11 warga Rohingya yang meninggalkan rumah mereka pada Desember dan Januari.

"Alih-alih meneror penduduk dengan pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran desa Rohingya yang meluas, pasukan keamanan saat ini menggunakan tindakan yang lebih tenang dan lebih halus untuk memeras mereka sehingga mereka memiliki sedikit pilihan selain pergi," tambah kelompok tersebut.

Awal bulan ini, The Associated Press menemukan bukti yang menunjukkan ratusan warga Rohingya telah dibantai pada akhir Agustus oleh pemerintah Myanmar dan dimakamkan di kuburan massal.

Yanghee Lee, utusan khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar, mengatakan pembunuhan dan pembuangan mayat tersebut mirip dengan genosida.

Pada Januari lalu, tentara Myanmar mengakui mereka telah membunuh 10 warga Rohingya, yang mayatnya ditemukan dalam sebuah kuburan massal akhir tahun lalu. Pengakuan tersebut disampaikan setelah pejabat Myanmar melakukan bantahan selama berbulan-bulan telah melakukan kesalahan atau penganiayaan terhadap kelompok minoritas tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement