Selasa 13 Feb 2018 15:26 WIB

Korsel Tunggu Respons Korut Terkait Perundingan Militer

Hubungan Korsel dan Korut mencair setelah perhelatan Olimpiade Musim Dingin.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan teropong untuk melihat wilayah Selatan dari pos pengamatan militer di wilayah perbatasan Korut dan Korsel.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan teropong untuk melihat wilayah Selatan dari pos pengamatan militer di wilayah perbatasan Korut dan Korsel.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan (Korsel) tengah menunggu respons Korea Utara (Korut) terkait tawaran perundingan militer yang telah disampaikan beberapa bulan lalu. Tujuan dari pembicaraan ini adalah untuk meredam ketegangan di Semenanjung Korea.

"Kami sedang membuat persiapan untuk perundingan, meski belum ada jadwal spesifik yang ditetapkan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel Choi Hyun-soo pada Selasa (13/2), seperti dilaporkan laman Yonhap.

Choi Hyun-soo mengungkapkan, tawaran perundingan ini masih tetap berlaku walaupun Korut belum memberi tanggapan. "Namun untuk saat ini, kementerian ini belum berencana untuk memperbarui tawaran dialog tersebut," ucapnya.

Hubungan Korsel dan Korut memang tengah mencair. Hal ini ditandai dengan berpartisipasinya kontingen Korut dalam perhelatan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang di Korsel.

Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un bahkan mengutus adiknya Kim Yo-jong untuk menghadiri acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin. Selama berada di Korsel, Kim Yong Jong dijamu dengan hangat dan selalu didampingi Presiden Korsel Moon-Jae-in.

Mengetahui adiknya diperlakukan dengan sangat baik, Kim Jong-un menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Korsel. Ia pun menyatakan pentingnya untuk meningkatkan keterlibatan antar-Korea.

 

Baca juga,  Korut Siap Berperang dengan Amerika Serikat.

 

Pernyataan Kim Jong-un tersebut dinilai sebagai indikasi atau tanda bahwa Pyongyang menghendaki adanya perbaikan hubungan antara kedua negara.

Uji coba rudal dan nuklir yang rutin dilakukan Korut membuat hubungannya dengan Korsel tak harmonis. Korsel merasa proyek rudal dan nuklir Korut mengancam keamanan negaranya.

Kedua negara ini memang pernah terlibat perang pada tahun 1950-1953. Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata. Belum ada kesepakatan damai yang tercapai antara kedua negara hingga saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement