Ahad 18 Feb 2018 19:15 WIB

Turki Bantah Gunakan Senjata Kimia di Afrin

Seorang dokter menemukan korban dengan memiliki ciri terpapar serangan gas beracun.

Rep: Rizkyan Adhiyudha/ Red: Dwi Murdaningsih
Tim Investigasi PBB tiba di Suriah untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.
Foto: AP PHOTO
Tim Investigasi PBB tiba di Suriah untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki membantah telah menggunakan senjata kimia dalam operasi militer di Afrin, Suriah. Sanggahan tersebut dilontarkan menyusul laporan seorang dokter yang menemukan korban serangan dengan memiliki ciri terpapar serangan gas beracun.

"Tidak mungkin bagi Turki untuk menggunakan senjata yang dilarang oleh dunia internasional di Afrin," kata Kepala Penasehat Presiden Turki, Yasin Aktay seperti diwartakan Aljazirah, Ahad (18/2).

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengaku mendapatkan laporan adanya korban serangan gas beracun yang dilakukan militer Turki di desa Al-Sheikh Hadid, Afrin. Laporan itu menyebutkan enam korban tersebut mengalami sesak nafas dan pupil mata mereka melebar.

Turki Dicurigai Serang Desa Suriah dengan Gas Beracun

Organisasi tersebut mengatakan, laporan dari tenaga medis membenarkan adanya penembakan senjata kimia tersebut. Meski demikian, hingga saat ini lembaga tersebut masih belum bisa memastian jenis gas yang digunakan tentara Turki dalam operasi militer mereka.

Aktay lantas meminta semua pihak yang menuduh Turki menggunakan senjata kimia untuk melampirkan bukti atas klaim mereka. Dia mengatakan, semua pihak yang menuduh negaranya itu telah jatuh dalam propaganda yang dibuat lawan Turki tanpa adanyanya bukti tersebut.

"Operasi di Afrin dan perang di Suriah secara keseluruhan telah menjadi perang propaganda, dan musuh-musuh Turki mencoba memanfaatkan propaganda ini atas kekalahan mereka," kata Yasin Aktay.

Aktay mengatakan, operasi militer di Afrin dilakukan degan perlahan dan penuh kehati-hatian. Ini, dia menambahkan, untuk menghindari jatuhnya korban sipil dari agresi militer tersebut. Dia mengungkapkan, sejauh ini 1614 teroris dan 32 tentara Turki telah tewas dalam operasi yang dimulai bulan lalu itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement