Senin 19 Feb 2018 09:05 WIB

Cuaca Buruk Hambat Pencarian Pesawat Jatuh di Iran

Pesawat ATR-72 itu diduga tidak dirancang untuk kondisi cuaca membeku.

Seorang kerabat korban kecelakaan pesawat Aseman Airlines bersedih di sekitar Bandara  Mehr-Abad, Teheran, Iran, Ahad (18/2).
Foto: EPA/Abedin Taherkenareh
Seorang kerabat korban kecelakaan pesawat Aseman Airlines bersedih di sekitar Bandara Mehr-Abad, Teheran, Iran, Ahad (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Cuaca buruk menghambat tim penyelamat yang mencari puing pesawat penumpang Iran yang jatuh pada Ahad (18/2) di Iran Tengah. Operasi pencarian di Pegunungan Zagros berjalan lamban akibat angin kencang dan hujan.

Semua orang di dalam pesawat yang terdiri dari 60 penumpang dan enam anggot awak meninggal dalam kecelakaan tersebut, demikian keterangan dari Organisasi Penerbangan Sipil Iran.

Pesawat milik Iran Aseman Airlines lepas-landas dari Ibu Kota Iran, Teheran, pada pukul 08.00 waktu setempat (11.30 WIB) dan hilang dari layar radar 50 menit kemudian, di satu daerah yang berjarak sekitar 22,4 kilometer dari tujuannya, Kota Yasuj .

Pesawat ATR-72 itu, dengan Nomor Penerbangan 3704, telah bertugas selama 25 tahun. Sebanyak 20 tim pertolongan dikirim ke wilayah tersebut sebagai hasil dari koordinasi di kalangan lembaga penanganan krisis Provinsi Bayer-Ahmad dan Kohgiluyeh dan tiga provinsi yang berdekatan.

Dariush Karimi, Wakil Bulan Sabit Merah di Provinsi Isfahan, mengatakan cuaca buruk dan daerah pegunungan terjal menghambat operasi pencarian mereka. Selain itu, salju juga diperkirakan turun pada Ahad, kata Organisasi Meteorologi Provinsi Isfahan.

Setelah kecelakaan tersebut, Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani pada Ahad menyampaikan belasungkawa mereka kepada keluarga korban.

Sebagian pejabat Iran menduga penyebab kecelakaan ialah Pesawat ATR-72 itu tidak dirancang untuk ketinggian dengan kondisi cuaca membeku, sehingga pilot harus terbang rendah sebelah menabrak gunung.

Tingginya Pegunungan Zagros mencapai hampir 4.000 meter, yang musim dingin tidak layak buat jalur pesawat ATR-72.

Para pejabat penerbangan Iran mengatakan penyebab kecelakaan tersebut akan diumumkan setelah kotak hitam pesawat yang jatuh ditemukan.

Selama beberapa dasawarsa belakangan, armada udara Iran telah menghadapi sejumlah kecelakaan akibat gangguan pesawat yang sudah tua. Setelah kesepakatan nuklir internasional pada 2015, yang menghasilkan pencabutan sanksi Barat dan PBB atas Republik Islam itu, Iran telah menandatangani kesepakatan utama dengan perusahaan besar pembuat pesawat, termasuk Boeing dan Airbus, untuk memperbarui armada udaranya, yang sudah usang.

Pada Desember 2016, Iran menandatangani kontrak dengan Airbus untuk membeli 100 pesawat dengan nilai lebih dari 18 miliar dolar AS. Iran telah menerima pesawat komersial Airbus sejak dicapainya kesepakatan tersebut.

Sementara itu, Iran Air mencapai kesepakatan lain dengan pembuat perusahaan AS, Boeing, untuk membeli 80 pesawat komersial.

Pada April 2017, Iran menandatangani kontrak dengan perusahaan ATR Prancis-Italia untuk membeli pesawat ATR-72-600 dengan nilai 400 juta dolar AS. Sejak itu, Iran telah menerima sebanyak delapan pesawat ATR berpeluncur turbo.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement