Jumat 16 Mar 2018 23:15 WIB

Dalai Lama Sebut Tibet dan Cina Bisa Hidup Seperti Uni Eropa

Dalai Lama ingin Tibet otonom tanpa memerdekakan diri.

Red: Nur Aini
Pemimpin spiritual Dalai Lama.
Foto: Ora TV
Pemimpin spiritual Dalai Lama.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemimpin agama Buddha asal Tibet, Dalai Lama, mengatakan Tibet dan Cina bisa hidup bersama dalam semangat yang sama layaknya Uni Eropa (UE).

Dalai Lama terbang ke India pada 1959 setelah upaya melawan pemerintan Cina gagal dan mendapat hukuman pengasingan di kaki Gunung Dharamsala. Tentara Cina sudah mengambil alih Tibet sembilan tahun sebelumnya.

Dalai Lama menyatakan ingin Tibet otonom dan itu tidak berarti memerdekakan diri. Ia juga menyatakan keinginannya untuk kembali ke Tibet.

''Saya selalu mengagumi semangat Uni Eropa,'' kata Dalai Lama dalam sebuah pesan video untuk Kampanye Internasional untuk Tibet di Washington seperti dikutip Reuters, Jumat (16/3).

Kepentingan bersama, kata Dalai Lama, lebih penting dibanding kepentingan satu negara saja. ''Dengan konsep itu, saya sangat bersedia untuk tetap menjadi bagian Republik Rakyat Cina. Kata gongheguo (republik) dalam Bahasa Cina mengandung makna tersirat persatuan,'' kata Dalai Lama.

Cina menyatakan Tibet adalah bagian integral wilayah mereka selama berabad-abad. Beijing juga mengatakan, kepemimpinan mereka membawa kesejahteraan bagi daerah itu dan sangat menghormati hak-hak warga Tibet.

Beijing bersikukuh Dalai Lama mendua sikap dan meminta para pemimpin dunia berhati-hati bila bertemu dengannya. Presiden AS Donald Trump belum bertemu dengan Dalai Lama sejak Trump menjadi presiden. Presiden-presiden sebelum Trump sudah bertemu dengan Dalai Lama.

Sementara Dalai Lama menunjukkan keinginan untuk melakukan rekonsiliasi seiring dorongan pemerintahan dua periode Presiden Xi Jinping, Dalai Lama menyatakan isu di Tibet bukanlah pemisahan diri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement