Sabtu 17 Mar 2018 17:02 WIB

Jokowi: Kelas Menengah Jadi Kekuatan Ekonomi Asia

Ekonomi digital dan sosial media membawa perubahan fundamental terhadap pola konsumsi

Generasi milenial.
Foto: pexels
Generasi milenial.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Tumbuhnya kelas menengah di Asia Pasifik dan Asia Tenggara menjadi kekuatan ekonomi di kawasan tersebut.

"Ada satu hal penting yang tumbuh di Asia dan di Asia Pasifik, yaitu kelas menengah. Singkirkan dulu sementara keberagaman isu politik yang menjadi halaman muka di koran-koran karena hal yang paling fundamental dan historis saat di dunia edang terjadi, yaitu terus meningkatnya jumlah kelas menengah yang mencapai 630 ribu populasi di Asia Tenggara," kata Presiden Joko Widodo di International Convention Center, Sydney, Sabtu (17/3).

Presiden menyampaikan hal itu di hadapan para pemimpin perusahaan dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dalam acara CEO Forum di ASEAN-Australia Special Summit 2018. "Tapi ada satu hal penting yang membedakan siklus tumbuhnya kelas menengah kali ini yaitu perkembangan ekonomi digital khususnya sosial media," tambah Presiden.

Jokowi pun mengungkapkan penemuan abad ini yaitu selfie alias swafoto. "Selfie telah mengubah dunia, dan bahkan berevolusi menjadi wefie dan vlog. Di Kalibiru, Yogyakarta, masyarakat antre hingga berjam-jam untuk mendapatkan selfie yang sempurna. Bloomberg menyebutnya sebagai taman Instagram," katanya.

Ekonomi digital dan sosial media menurut Jokowi membawa perubahan fundamental terhadap pola konsumsi. "Kelas menengah dan usia muda lebih tertarik kepada pengalaman dan petualangan dibanding barang-barang mewah, itulah yang menyebabkan merebaknya industri wisata," kata Presiden.

Pariwisata berkembang

Mengutip data Bloomberg, ekonomi dunia hanya tumbuh tiga persen per tahun, sedangkan pertumbuhan industri pariwisata mencapai tujuh tahun. Bloomberg memperkirakan satu dari empat pekerjaan baru di dunia dalam 10 tahun ke depan berasal dari industri pariwisata.

"Sekali lagi, 25 persen pekerjaan baru di dunia berasal dari sektor pariwisata. Ini adalah kesempatan luar biasa bagi ASEAN dan Australia, tidak hanya menjadi tujuan wisata dari ribuan kelas menengah dari Cina dan India tapi ASEAN juga punya pasar besar untuk industri pariwisata domestik," jelas Presiden.

Sementara Australia dapat salah satu tujuan wisata dan membangun industri pariwisata di Asia. "Beberapa tahun lalu ketika harga komoditas jatuh, Australia mengatakan, mari ubah ledakan mining (pertambangan) menjadi ledakan dining (makanan). Saya ini saya katakan, mari bawa ledakan dining ke ASEAN," ungkap Presiden.

Apalagi saat ini ASEAN sedang melakukan investasi besar-besaran di bidang infrastruktur seperti perbaikan bandara, pelabuhan, rel kereta dan bahkan beberapa negara ASEAN membangun kereta cepat untuk pertama kalinya.

"Dan hal ini juga adalah kesempatan bagi pelaku usaha Australia. ASEAN pun perlu menciptakan 'capital market' yang besar dan dalam seperti 'capital market' dolar dan zona euro. Ini adalah kesempatan besar bagi bank-bank Australia dan industri keuangan Australia, kalau tidak perusahaan keuangan lain akan dengan agresif meraihnya," kata Jokowi.

Jokowi mengajak para pelaku usaha Australia berbisnis di ASEAN dan khususnya Indonesia. "Masa saat ini mungkin masa yang berwarna di tengah politik lokal dan global, tapi juga masuk dalam masa-masa menyenangkan dimana hubungan ASEAN dan AUstralia dapat terbangun untuk bidang perdagangan, pariwisata dan investasi, saya menyambut saudara-saudara di ASEAN dan Indonesia," ujarnya.

Senada dengan Jokowi, PM Turnbull juga mengatakan kelas menengah di Indonesia akan berkali-kali lipat pada 2030 dan kesempatan berinvestasi dan berdagang pun terbuka lebar.

"Namun pemerintah dan pelaku usaha tetap harus berkomitmen terhadap aturan yang sudah disepakati untuk melakukan perdagangan bebas dan terbuka karena pasar terbuka tidak dapat dilakukan sendirian tapi butuh dukungan dan komitmen para pelaku bisnis dan pemerintah. Saya mengundang kita semua untuk menjaga aturan tersebut tetap ditaati di kawasan," kata PM Turnbull.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement