Sabtu 17 Mar 2018 17:24 WIB

Kamboja Latihan Militer dengan Cina

Latihan militer gabungan fokus pada operasi kontraterorisme dan penyelamatan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Militer Kamboja.
Foto: REUTERS/Khem Sovannara
Militer Kamboja.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Kamboja dan Cina pada Sabtu (17/3) memulai latihan militer gabungan yang berfokus pada operasi kontraterorisme dan penyelamatan. Latihan ini menyoroti hubungan kuat antara kedua negara itu, di tengah memburuknya hubungan antara Kamboja dan Amerika Serikat (AS).

Komandan Chinese People's Liberation Army Southern Theatre Command Mayor Jenderal Zhang Jian dan panglima tertinggi militer Kamboja Pol Saroeun membuka latihan militer gabungan itu di barat ibu kota Phnom Penh. Latihan ini bertajuk Dragon Gold 2018.

Pol Saroeun mengatakan latihan tersebut melibatkan 280 tentara Kamboja dan 216 tentara Cina. Tujuannya merayakan ulang tahun ke-60 hubungan diplomatik dan memperkuat kepercayaan politik kedua negara.

Cina adalah investor asing terbesar Kamboja dan telah menginvestasikan uang miliaran dolar ke dalam proyek infrastruktur di negara ini. Pol Saroeun mengatakan Kamboja telah mendapat keuntungan dari Cina yang berada di puncak investasi dan kedatangan turis asing.

"Dukungan dalam bentuk semangat, materi, dan keuangan dari teman hebat kami, Cina, dalam jumlah yang besar telah membuat Kamboja berkembang dengan cepat," kata dia.

Cina mengadakan latihan militer gabungan pertama bersama Kamboja pada 2016. Setahun kemudian, Phnom Penh menghentikan latihan militer gabungan dengan AS tanpa batas waktu.

Latihan gabungan kali ini dilakukan menjelang pemilihan umum di Kamboja pada Juli mendatang. Perdana Menteri Hun Sen, yang didukung penuh oleh Cina, tampaknya akan menang dengan mudah setelah partai oposisi utama Cambodia National Rescue Party (CNRP) dibubarkan oleh Mahkamah Agung pada November lalu atas permintaan pemerintah.

Pembubaran partai oposisi itu mendorong AS, Uni Eropa, dan negara-negara lainnya untuk mengutuk kesewenangan Cambodian People's Party (CPP) yang dipimpin Hun Sen. Hun Sen kemudian menuduh AS telah mendukung CNRP untuk melakukan 'revolusi warna' guna menggulingkan pemerintahannya.

Hun Sen sering mengingatkan rakyat Kamboja tentang pengemboman yang dilakukan AS pada akhir 1960-an dan kudeta seorang jenderal yang didukung AS pada 1970. Di tahun itu, tentara AS juga melakukan serangan dari Vietnam sehingga menyebabkan genosida oleh Khmer Merah pada 1975.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement