Selasa 27 Mar 2018 16:38 WIB

Kim Jong-un Kunjungi Cina, Pemerintah Korsel Awasi Beijing

Kunjungan Kim Jong-un belum dikonfirmasi pemerintah Cina maupun Korea Utara.

Red: Nur Aini
Presiden Korea Utara Kim Jong Un
Foto: Youtube
Presiden Korea Utara Kim Jong Un

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan mengawasi Beijing menyusul kabar kedatangan pemimpin Korea Utara (Korut) ke Cina.

Dengan mengutip tiga sumber, yang dirahasiakan namanya, Bloomberg melaporkan pada Senin (26/3) bahwa Kim berada di Beijing dalam perjalanan pertamanya di luar Korea Utara sejak berkuasa pada 2011. Kunjungan yang belum terkonfirmasi itu juga terjadi menjelang pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump.

"Kantor kepresidenan Korea Selatan mengawasi hal tersebut di Beijing secara saksama sambil menjaga semua kemungkinan terbuka, yang akan terjadi," kata pejabat tinggi di Seoul, yang enggan disebutkan namanya.

Menurutnya, peningkatan hubungan dua pihak Korea Utara dengan Cina akan menjadi tanda baik sebelum temu puncak itu. Rincian kunjungan Kim, termasuk tujuan dan jadwalnya, belum diketahui. Sebelumnya, media Jepang melaporkan bahwa seorang pejabat tinggi Pyongyang muncul dengan kereta api di Beijing.

Pejabat Gedung Biru mengatakan bahwa pemerintah Korea Selatan telah mengetahui gerakan tersebut, seperti perjalanan kereta api selama beberapa hari. Namun, ia tidak dapat memastikan apakah Kim atau pejabat tinggi Korea Utara lainnya yang mengunjungi Cina.

Beijing adalah sekutu utama Korea Utara serta menjadi mitra dagang terbesarnya. Kim akan mengadakan pertemuan terpisah dengan Korea Selatan pada akhir April dan AS pada Mei, termasuk pertemuan potensial dengan Trump. "Fakta bahwa KTT akan diadakan itu melampaui dugaan kami. Saat ini, situasi di sekitar semenanjung Korea bergerak sangat cepat dan tidak disarankan untuk prasangka," kata pejabat Gedung Biru.

Ayah Kim Jong Un, Kim Jong-Il, bertemu dengan mantan presiden Jiang Zemin di Cina pada 2000 sebelum pertemuan puncak antara kedua Korea pada Juni tahun itu. Kim Jong-il pada saat itu dianggap telah melakukan kunjungan untuk menegaskan kembali hubungan dekat dengan sekutu terbesarnya tersebut.

"Korea Utara mungkin ingin mengkonfirmasi hubungannya dengan Cina dan percaya hal itu memiliki beberapa pengaruh yang dapat meminta suatu hal dari Cina," kata Yoo Ho-yeol, Profesor studi Korea Utara di Korea University, Seoul.

"Jika Korea Utara berbicara dengan AS sendiri mungkin merugikan. Tetapi, jika bersekutu dengan Cina, Pyongyang mungkin berpikir hubungan mereka mampu melindungi kepentingan dan memberikan keuntungan selama temu puncak tersebut," kata Yoo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement