Rabu 04 Apr 2018 20:24 WIB

Dunia Khawatir Perang Dagang antara Cina dan AS

AS sebelumnya menerapkan tarif bagi barang Cina sebesar 25 persen.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Bendera Cina-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina membalas kebijakan AS dalam sektor perdagangan dengan mengumumkan rencana peningkatan tarif ekspor baru bagi barang-barang AS. Kementerian Perdagangan Cina pada Rabu (4/3) mengatakan akan memberlakukan tarif 25 persen pada barang ekspor AS senilai 50 miliar dolar AS per tahun.

Sebanyak 106 produk akan terkena dampak dari penaikan tarif ini, termasuk pesawat, mobil, kedelai, dan bahan kimia. Pengumuman Cina tersebut adalah tanggapan langsung terhadap pengumuman pemerintah AS pada Selasa (3/4) yang juga akan menaikkan tarif 25 persen bagi sekitar 1.300 barang ekspor Cina, yang juga bernilai sekitar 50 miliar dolar AS per tahun.

Pertukaran ancaman tarif tersebut meningkatkan ketakutan akan munculnya perang dagang besar-besaran antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu. Pasar dunia merosot tajam seiring dengan munculnya berita terkait rencana kenaikan tarif Cina.

Para pakar mengatakan, pengumuman terbaru Beijing itu bisa menjadi upaya untuk mendorong AS agar merundingkan kesepakatan guna meredakan ketegangan perdagangan.

"Tujuan sebenarnya bukan untuk perang dagang, tetapi untuk menunjukkan tidak ada kelemahan," kata Aidan Yao, ekonom di perusahaan pengelolaan dana, Axa Investment Managers, kepada CNN.

Masih belum jelas kapan gelombang tarif baru yang diumumkan oleh kedua belah pihak akan berlaku. Cina mengatakan waktunya berlakunya tarif akan diumumkan secara terpisah. Sementara pemerintah AS mengatakan akan mengadakan dengar pendapat publik terlebih dahulu tentang rencananya ini. Wakil Menteri Keuangan Cina Zhu Guangyao mengatakan dalam konferensi pers di Beijing, periode sebelum tarif mulai berlaku adalah waktu yang tepat untuk bernegosiasi dan bekerja sama.

Tommy Xie, ekonom di Bank OCBC yang berbasis di Singapura, mengatakan tidak mungkin tarif terbaru dari kedua belah pihak akan berlaku selama beberapa bulan lagi. Namun jika negoisasi selama periode itu gagal, maka perang dagang akan dimulai.

Banyak rencana kenaikan tarif AS yang akan menargetkan industri kedirgantaraan, teknologi, dan permesinan Cina. Rencana lain akan menargetkan peralatan medis, obat-obatan, dan materi pendidikan, seperti peralatan penjilidan buku.

Cina mengatakan, langkah AS akan melanggar hak dan kepentingan Cina di bawah aturan Organisasi Perdagangan Dunia, serta mengancam kepentingan ekonomi dan keamanan Cina. Beijing telah menunjukkan pihaknya bersedia untuk melawan. Pada Senin (2/4), Cina telah memberlakukan tarif impor senilai 3 miliar dolar AS, termasuk untuk produk anggur, daging babi, buah, dan pipa baja.

Langkah tersebut merupakan tanggapan terhadap kenaikan tarif awal pemerintahan AS terhadap impor baja dan aluminium dari Cina dan negara lain. Beijing menyebut kenaikan tarif logam sebagai penyalahgunaan aturan perdagangan global.

Pemerintah AS memberlakukan tarif logam atas dasar keamanan nasional. Dalam investigasi yang dilakukan selama sebulan oleh Perwakilan Perdagangan AS, Cina diduga melakukan pencurian kekayaan intelektual Amerika.

Namun pejabat pemerintah Cina menepis tuduhan itu. Wakil Menteri Perdagangan Cina Wang Shouwensaid mengatakan tuduhan itu adalah berita palsu dan semua kesepakatan tersebut disepakati bersama oleh pelaku bisnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement