Rabu 11 Apr 2018 12:23 WIB

Bos Facebook Janji Blokir Propaganda Anti-Rohingya

Kelompok HAM menuduh Facebook tidak berupaya menyaring pesan kebencian di Myanmar

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Keluarga dari etnis Rohingya berdiri di dekat pasar yang dibakar, di desa Rohingya luar Maungdaw, di negara bagian Rakhine, Myanmar 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.
Foto: Reuters/ Soe Zeya Tun
Keluarga dari etnis Rohingya berdiri di dekat pasar yang dibakar, di desa Rohingya luar Maungdaw, di negara bagian Rakhine, Myanmar 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg mengatakan perusahaannya akan meningkatkan upaya untuk memblokir pesan kebencian anti-Rohingya di Myanmar. Pernyataan ini disampaikannya saat ia menghadapi persidangan dihadapan Kongres AS, Selasa (10/4).

Kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduh Facebook tidak melakukan cukup upaya untuk menyaring pesan kebencian di Myanmar. Di negara itu, Facebook telah menjadi sistem komunikasi yang dominan.

"Apa yang terjadi di Myanmar adalah tragedi yang mengerikan, dan kita perlu melakukan lebih banyak upaya lagi," kata Zuckerberg kepada Komite Perdagangan Senat dan Komite Kehakiman Senat, dalam sidang yang berlangsung selama lima jam.

Zuckerberg mengatakan Facebook telah mempekerjakan puluhan pembicara berbahasa Myanmar untuk menghapus konten kebencian. Ia menambahkan, Facebook juga meminta kelompok masyarakat sipil untuk membantu mengidentifikasi tokoh-tokoh yang harus dilarang.

"Sulit untuk melakukannya tanpa orang-orang yang bisa berbicara bahasa lokal, dan kami perlu meningkatkan upaya kami di sini secara dramatis," jelas Zuckerberg.

Lebih dari 650 ribu Muslim Rohingya telah meninggalkan Negara Bagian Rakhine di Myanmar untuk melarikan diri ke Bangladesh sejak serangan gerilyawan memicu tindakan keras dari tentara Myanmar pada Agustus lalu. Para pejabat PBB yang menyelidiki kemungkinan adanya genosida di Myanmar mengatakan, Facebook telah menjadi sumber propaganda anti-Rohingya.

Marzuki Darusman, ketua Misi Pencari Fakta Internasional Independen PBB di Myanmar, mengatakan media sosial telah memainkan peran yang sangat penting Myanmar. "Media sosial telah secara substantif memberikan kontribusi pada tingkat pertikaian dan konflik dalam masyarakat. Ujaran kebencian tentu saja merupakan bagian dari itu," jelas dia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement