Rabu 18 Apr 2018 16:41 WIB

Tradisi Tujuh Hari Mematikan di Thailand

418 orang tewas selama liburan tahun baru tradisional di Thailand.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Tahun baru Thailand
Foto: allthatisinteresting.com
Tahun baru Thailand

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Kementerian Dalam Negeri Thailand mengungkapkan pada Rabu (18/4) bahwa lebih dari 400 orang tewas karena kecelakaan lalu lintas selama liburan tahun baru tradisional. Disebutkan angka ini lebih tinggi daripada angka kecelakaan tahun lalu, meskipun telah ada kampanye keselamatan jalan baru.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan 418 orang tewas dalam 3.724 kecelakaan selama pekan liburan Songkran pada 11-17 April. Naik dari 390 kematian pada periode liburan tahun lalu.

"Penyebab kecelakaan paling umum adalah ngebut, terhitung 27,69 persen kecelakaan," kata Deputi Menteri Dalam Negeri Sutee Markboon.

Liburan ini dikenal sebagai Tujuh Hari Mematikan. Pada bulan ini banyak orang Thailand melakukan perjalanan untuk mengunjungi keluarga dan teman-teman.

 

Baca juga, Thailand Ungkap Kasus Perdagangan Sabu Terbesar

Pemerintah menetapkan target untuk mengurangi korban jiwa dan mendesak orang-orang untuk tidak minum sebelum mengemudi. Pihaknya juga mewajibkan masyarakat agar memakai helm saat mengendarai sepeda motor.

Secara tradisional, Thailand melakukan ritual pembersihan, termasuk patung Buddha di kuil-kuil. Ritual ini untuk menandai tahun baru.

Tetapi kini telah berkembang menjadi apa yang disebut oleh banyak orang sebagai pertempuran air terbesar di dunia. Orang-orang bersuka ria melemparkan air ke mobil dan sepeda motor, yang sering membelok untuk menghindari semakin tersiram.

Tahun ini, pemerintah meluncurkan kampanye keselamatan jalan baru. Kampanye ini dijuluki "Berkendara dengan sopan santun, mematuhi peraturan jalan."

Pemerintah juga menyiarkan video yang menunjukkan gambar pembunuhan besar-besaran di jalan. Namun para kritikus mengatakan pengumuman layanan publik yang keras tidak sampai kepada masyarakat.

Penanggap darurat mengatakan bahwa undang-undang lalu lintas jarang diberlakukan. Selain itu juga tidak ada pendidikan keselamatan jalan yang memadai. Lisensi mengemudi pun juga bisa dengan mudah didapatkan.

"Siapa pun bisa mendapatkan lisensi," kata Sommai Nisungkat (53 tahun), seorang sopir taksi Bangkok.

"Saya melihat orang-orang di jalan setiap hari yang jelas tidak pernah memiliki pelajaran mengemudi formal dalam hidup mereka. Siapapun yang memiliki sedikit uang dapat membayar uang di bawah meja untuk membeli surat izin mengemudi," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement