Senin 23 Apr 2018 19:20 WIB

Iran Ingatkan AS untuk tidak Mengubah Kesepakatan Nuklir

Iran menilai upaya AS melobi Prancis dan Jerman merupakan hal yang sia-sia

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nidia Zuraya
Reaktor nuklir Iran
Reaktor nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memperingatkan Amerika Serikat (AS) terkait niatan mereka untuk mengubah perjanjian nuklir. Dia memperingatkan Paman Sam untuk tidak merubah kesepakatan nuklir sekecil apapun.

Menurut Zarif, dorongan mengubah kesepakatan yang dilakukan AS kepada negara-negara Eropa bagaikan mengirim pesan yang sangat berhaya bagi rakyat Iran dan dunia. Dia mengimbau negara-negara yang menandatangani kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) tidak seharusnya bernegosiasi dengan Washington.

Lebih jauh, Zarif menjelaskan, negosiasi dalam hal apapun yang dilakukan dengan AS pada akhirnya hanya akan membawa kerugian. Dia melanjutkan, AS berprinsip jika apa yang menjadi milik mereka adalah milik mereka sendiri dan apa yang menjadi milik negara lain dapat dinegosiasikan.

Dia melanjutkan, upaya Presiden AS Donald Trump untuk melobi Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Ngela Merkel merupakan hal yang sia-sia. Macron dan Merkel direncakanan akan bertemu dengan Trump pada pekan ini.

"AS tidak hanya gagal untuk mengimplementasikan kesepakatan versi mereka, tapi bahkan meminta lebih banyak," kata Mohammad Javad Zarif dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).

Iran mendapatkan keringanan sanksi ekonomi di bawah kesepakatan tersebut. Perjanjian disetujui mantan presiden Barrack Obama guna mengekang program nuklir Iran. Presiden Trump lantas menilai adanya kecacatan dalam JCPOA.

Pemerintah AS kini hanya memiliki batas waktu hingga 12 Mei mendatang sebelum harus mengambil keputusan untuk mempertahankan atau keluar dari kesepakatan tersebut. AS kini tengah melakukan sejumlah lobi kepada sekutnya di Eropa untuk bekerja sama guna merevisi kesepakatan tersebut.

Zarif mengatakan, Iran memiliki banyak pilihan jika pada akhirnya AS menanggalkan komitmen mereka dalam kesepakatan tersebut. Diungkapkan Zarif, mengeluh melalui mekanisme sengketa yang dibentuk oleh perjanjian hingga meninggalkan kesepakatan dan memulai kembali kegiatan nuklir merupakan pilihan yang tersedia bagi Iran.

"Kami akan mengambil keputusan dengan melihat pada kepentingan nasional jika saatnya tiba. Tapi apapun kebijakan yang kami ambil sudah pasti tidak akan menyenangkan bagi AS," kata Mohammad Javad Zarif.

Sementara, pembahasan terkait kesepakatan nuklir Iran akan didiskusikan dalam pertemuan anggota negara G-7. Anggota negara G-7 adalah Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Aerika Serikat (AS).

Sebelumnya, Presiden Emmanuel Macron mendesak Donald Trump, untuk tetap menjalankan kesepakatan nuklir Iran. Ia mengatakan tidak ada pilihan lebih baik dari kesepakatan yang dicapai pada 2015 tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement