Kamis 10 May 2018 07:25 WIB

Mahathir Mohamad akan Jadi PM Tertua Dunia

Angka partisipasi pemilih tahun ini, 76 persen, lebih rendah dari pemilu sebelumnya.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Mahathir Mohammad.
Foto: Republika / Darmawan
Mahathir Mohammad.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan pemimpin Malaysia, Mahathir Mohamad, akan segera menjadi perdana menteri tertua di dunia setelah berhasil mengalahkan Najib Razak dalam pemilihan umum. Persaingan sengit ini juga akan mengakhiri kekuasaan koalisi Najib yang telah berkuasa selama enam dekade.

Mahathir yang kini berusia 92 tahun, pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia dari 1981 hingga 2003. Mahathir berhasil membawa koalisi oposisi yang dipimpinnya, Pakatan Harapan, untuk memenangkan mayoritas parlemen pertama kalinya sejak kemerdekaan Malaysia pada 1957. Dia akan disumpah oleh Raja pada Kamis (10/5).

"Kami sangat bahagia, hari yang membanggakan bagi Malaysia," kata David Thaiga (57 tahun), salah satu dari ribuan warga Malaysia yang merayakan kemenangan Mahathir di jalan-jalan.

"Kami telah menunggu ini selama 60 tahun terakhir. Ini adalah keajaiban bagi kami. Dan meskipun saya bukan penggemar Mahathir, saya pikir dia adalah satu-satunya yang bisa meraih kemenangan ini," tambah dia.

Sementara Sukumira Sekhar (84), mengaku telah menyaksikan kehidupan di Malaysia sejak awal kemerdekaan. Ia juga telah menjalani hidup di bawah pemerintahan koalisi Barisan Nasional (BN) selama 60 tahun.

"Saya sangat senang saya masih bisa menyaksikan kemenangan ini. Saya berharap saya bisa melompat-lompat untuk bersenang-senang, tetapi hanya hati saya melompat-lompat. Saya sangat bangga dengan orang-orang Malaysia, terutama kaum muda dan orang Melayu," ungkap Sekhar.

Kemenangan Mahathir menandai berakhirnya masa jabatan sembilan tahun Najib. Najib telah berkuasa sejak 2009 dan reputasinya ternoda oleh skandal korupsi 1MDB. Dalam skandal ini, dana pemerintah sebesar 2,6 miliar dolar AS diduga digelapkan, termasuk 681 juta dolar AS yang diduga masuk ke rekening bank pribadinya.

Setelah Mahathir keluar sebagai pemenang, maka untuk pertama kalinya perdana menteri Malaysia tidak berasal dari partai UMNO dan tidak menjadi bagian dari koalisi BN. Kemenangan tersebut menunjukkan, keinginan terhadap perubahan telah mencengkeram negara, karena banyak warga dari etnis Melayu yang memilih oposisi untuk pertama kalinya.

Angka partisipasi pemilih dalam pemilu kali ini mencapai 76 persen, lebih rendah daripada pemilu 2013. Namun oposisi berhasil memenangkan suara di banyak negara bagian yang selama ini dikenal sebagai kubu BN, seperti Johor, Malaka, Negeri Sembilan, Selangor, dan Penang.

Hasil resmi yang biasanya diumumkan pada pukul 23.00 waktu setempat, tidak dirilis sampai sekitar pukul 03.00 pagi. Penundaan ini membuat beberapa orang berspekulasi bahwa Najib berusaha untuk menghentikan pengumuman itu.

Konstituensi yang berayun ke arah oposisi juga diwarnai dengan pemadaman listrik, sehingga menghalangi penghitungan akhir pemungutan suara. Namun pada akhirnya, Najib tidak membuat pernyataan publik setelah Mahathir mengklaim kemenangannya pada Kamis (10/5) pagi.

Pemilihan Mahathir sebagai pemimpin oposisi telah membuat pemilihan umum kali ini menjadi tidak biasa. Ia adalah anggota UMNO ketika pertama kali memegang kekuasaan pada 1981, dan memainkan peran kunci dalam pemilihan anak didiknya, Najib, sebagai perdana menteri pada 2009.

Hubungan keduanya memburuk pada 2015 setelah Najib terlibat dalam skandal 1MDB. Di tahun ini, Mahathir mengumumkan tidak hanya pembentukan partai politiknya sendiri, yaitu Bersatu, tetapi beralih sisi dan bergabung dengan koalisi oposisi.

Najib pada awalnya diperkirakan akan memenangkan pemilu dengan mudah. Akan tetapi, kampanye oposisi mendominasi narasi dengan mengangkat isu-isu seperti korupsi dan meningkatnya biaya hidup.

Setelah mengklaim kemenangannya, Mahathir ditanya apakah ia akan menuntut Najib atas dugaan perannya dalam skandal 1MDB. "Kami tidak akam membalas dendam, kami berusaha mengembalikan aturan hukum," kata Mahathir.

Sebagai bagian dari kesepakatannya dengan koalisi Pakatan Harapan, Mahathir hanya akan menjadi perdana menteri selama dua tahun. Ia kemudian akan menyerahkan jabatannya kepada Anwar Ibrahim. Anwar, yang juga merupakan anak didik Mahathir, saat ini sedang berada di dipenjara untuk menjalani hukuman keduanya dalam kasus sodomi.

Popularitas Mahathir dan Anwar jatuh pada 1999 dan Mahathir bertanggung jawab untuk memenjarakan Anwar. Namun keduanya mengesampingkan perbedaan mereka dalam keinginan untuk menjatuhkan Najib.

Rencananya sekarang adalah, Mahathir akan meminta Anwar untuk diampuni agar dia dapat mengambil alih jabatannya. "Dia akan dibebaskan pada Juni. Begitu dia diampuni, dia berhak menjadi PM," ujar Mahathir. The Guardian melaporkan, Mahathir juga mengumumkan, dia akan menunjuk Wan Azizah, istri Anwar, sebagai wakil perdana menterinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement