Ahad 13 May 2018 20:12 WIB

Korut Bongkar Situs Uji Coba Nuklir Bulan Ini

Pertemuan bersejarah Kim dan Trump akan diadakan 12 Juni di Singapura

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID,PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) mengatakan akan membongkar situs uji coba nuklirnya dalam waktu kurang dari dua pekan. Pembongkaran ini akan dilakukan menjelang pertemuan puncak antara pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump bulan depan.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan semua terowongan di situs uji coba akan dihancurkan oleh ledakan. Fasilitas observasi dan penelitian serta unit penjaga berbasis darat juga akan ditutup.

Kim sudah mengungkapkan rencana untuk menutup situs tersebut saat bertemu dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in bulan lalu. Menurut sejumlah pengamat, penutupan situs uji coba nuklir Korut adalah langkah penting menuju denuklirisasi penuh.

"Pembongkaran uji coba nuklir dijadwalkan antara 23 dan 25 Mei, tergantung pada cuaca," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Korut. Kementerian tersebut menambahkan, wartawan dari AS, Korsel, Cina, Rusia, dan Inggris akan diundang untuk menyaksikan pembongkaran itu.

Menurut pernyataan tersebut, Korut akan terus mempromosikan kontak dan dialog dekat dengan negara-negara tetangga dan masyarakat internasional untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan di seluruh dunia.

Pada Sabtu (12/5) melalui akun Twitter pribadinya, Trump mengucapkan terima kasih kepada Korut atas rencananya untuk membongkar situs uji coba nuklir. "Langkah yang sangat cerdas dan ramah!" tulis Trump.

Pengumuman Korut ini disampaikan beberapa hari setelah Washington mengumumkan pertemuan bersejarah antara Kim dan Trump akan diadakan pada 12 Juni di Singapura.

Korsel mengatakan, Kim memiliki minat yang tulus dalam membongkar program senjata nuklirnya dengan imbalan keuntungan ekonomi. Namun, masih ada keraguan mengenai apakah Kim akan setuju untuk sepenuhnya melepaskan senjata yang dilihatnya sebagai jaminan satu-satunya untuk bertahan hidup.

Korut selama beberapa dekade ini telah mendorong konsep denuklirisasi yang definisinya berbeda dengan definisi yang diartikan oleh AS. Pyongyang telah bersumpah akan mengembangkan senjata nuklir kecuali Washington menarik 28.500 tentaranya dari Korsel.

Bulan lalu Korut mengumumkan, mereka akan menangguhkan semua uji coba perangkat nuklir dan rudal balistik antarbenua, serta akan menutup situs uji coba nuklir. Kim mengatakan, misi situs uji coba nuklir itu telah berakhir karena Korut telah menyelesaikan pengembangan rudal jarak menengah, rudal balistik antarbenua, dan senjata lainnya.

Korut sebelumnya pernah mengundang dunia luar untuk menyaksikan pembongkaran fasilitas nuklirnya. Pada Juni 2008, lembaga penyiaran internasional diizinkan untuk merekam penghancuran menara pendingin di situs reaktor Nyongbyon, setahun setelah Korut mencapai kesepakatan dengan AS dan empat negara lain untuk menonaktifkan fasilitas nuklirnya dengan imbalan paket bantuan senilai 400 juta dolar AS.

Namun pada September 2008, Korut menyatakan akan melanjutkan pemrosesan ulang plutonium. Pyongyang beralasan, Washington tidak memenuhi janjinya untuk menghapus negara itu dari daftar negara sponsor terorisme AS.

Pemerintahan Presiden AS George W Bush kemudian menyingkirkan Korut dari daftar tersebut pada Oktober 2008. Akan tetapi, upaya terakhir Bush untuk sepenuhnya membongkar program senjata nuklir Korut runtuh pada Desember ketika Korut menolak menerima metode verifikasi yang diusulkan AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement