Kamis 17 May 2018 08:58 WIB

Jatuh Bangun Karier Politik Anwar Ibrahim

Bersatunya Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim menjadi ironi politik Malaysia.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
 Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR) Datuk Seri Anwar Ibrahim, resmi bebas dari hukuman penjara, Rabu (16/5).
Foto: AP/Vincent Thian
Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR) Datuk Seri Anwar Ibrahim, resmi bebas dari hukuman penjara, Rabu (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR -- Anwar Ibrahim telah dibebaskan dari penjara setelah menerima pengampunan penuh dari raja pada Rabu (16/5). Pengampunan raja tersebut dinilai akan memberi perubahan terbaru dalam politik Malaysia.

Dilansir Aljazirah, Kamis (17/5), seorang profesor ilmu politik di Universitas John Cabot,

Bridget Welsh mengatakan perjalanan karir politik Anwar merupakan titik balik bagi orang Malaysia.

"Itu benar-benar ambang batas yang belum pernah dilalui Malaysia sebelumnya. Itu menciptakan banyak respons di masyarakat," kata Welsh yang merupakan ahli politik Malaysia.

Ia mengatakan ekspansi dan perluasan masyarakat sipil mulai tumbuh. Menurutnya, warisan gerakan Reformasi pada 1999 akan membawa perubahan bagi Malaysia.

"Ada banyak pandangan berbeda tentang Anwar, ada orang-orang yang melihatnya sebagai binatang dalam politik; yang lain melihatnya sebagai seorang pembaharu; yang lain melihatnya sebagai pembuat jembatan yang penting, "kata Welsh.

Anwar digambarkan sebagai politisi yang sangat ambisius. Ia pernah menjadi pemimpin mahasiswa pada 1970-an dan menjadi anak didik dan tangan kanan Mahathir Mohamad, perdana menteri saat itu, pada 1990-an.

Tetapi kemitraan itu berubah menjadi permusuhan ketika ekonomi Malaysia merasakan tekanan krisis keuangan Asia Tenggara yang tumbuh pada 1997. Pada saat itu, seruan Anwar untuk reformasi mengancam kepemimpinan Mahathir.

"Krisis keuangan memicu evaluasi peran elit dan sektor perbankan dan keuangan, dan peran korupsi dalam sistem," kata Welsh.

photo
Anwar Ibrahim melambaikan tangan saat dinyatakan bebas seusai keluar dari rumah sakit, Rabu (16/5).

Anwar pada dasarnya menantang kepemimpinan Mahathir di dalam partainya karena Mahathir telah berkuasa sejak 1981. Pada September 1998, Anwar dipecat.

Pemecatannya memacu gerakan Reformasi. Serangkaian protes yang dipimpin Anwar terhadap pemerintah Mahathir terjadi di negara yang membatasi perbedaan pendapat tersebut.

Dia akhirnya dihukum karena kasus sodomi dan korupsi. Anwar dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Anwar dibebaskan pada 2004 ketika tuduhan sodomi itu dibatalkan sebagian. Akan tetapi, hal itu hanyalah awal dari proses peradilan yang panjang. Anwar kembali ditahan atas tuduhan sodomi pada 2015 di bawah kekuasaan Najib Razak. Anwar mengambarkan tuduhan itu bermotif politik.

Namun menurut pengamat dari Institut Kajian Asia Tenggara, Lee Hwok Aun Um, penahanan Anwar justru tidak meredam karir politiknya.

"Anwar adalah seorang pria dengan kharisma, pesona, ambisi, dan keuletan yang luar biasa. Dia adalah orator terbaik di generasinya, seorang penggerak yang hebat. Ia memenangkan simpati massa tahanan," katanya.

Pada 2007, Anwar mulai berkampanye untuk Partai Keadilan Rakyat (PKR). PKR merupakan partai oposisi berhaluan tengah yang dipimpin secara resmi oleh istrinya, Wan Azizah Wan Ismail.

Dengan sikap reformisnya, ia menarik banyak dukungan publik terhadap pemerintah yang penuh dengan korupsi dan kronisme. PKR juga menjadi anggota kunci dari aliansi oposisi Pakatan Harapan (PH) yang disatukan Mahathir.

Pada 9 Mei, dengan suara mayoritas dari PKR, koalisi yang dipimpin Mahathir mengakhiri pemerintahan 60-tahun Barisan Nasional (BN). Untuk pertama kalinya, Malaysia memiliki partai berkuasa yang baru pascakemerdekaan.

Para pengamat mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi tanpa duet Mahathir-Anwar. Pengamat menggambarkan duet Mahathir-Anwar sebagai salah satu ironi terbesar dalam sejarah Malaysia.

"Sudah 20 tahun hubungan buruk antara mereka berdua," kata seorang profesor ekonomi politik di Universitas MalayaTerence Gomez.

Ia mengatakan, butuh waktu bagi kedua tokoh tersebut untuk memulihkan kembali hubungan mereka. Tetapi mereka memiliki agenda bersama. Pertama untuk menyingkirkan Najib, dan kedua membangun kembali Malaysia. "Dalam arti itu, sementara akan ada masalah dalam hubungan itu, dan ada tujuan yang lebih besar untuk keduanya," katanya.

Mahathir (92 tahun) mengaku akan menjabat sebagai perdana menteri hingga dua tahun sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Anwar. Banyak pihak yang menanti apakah janji politik Mahathir terealisasi.

Namun ada kekhawatiran bahwa kemitraan inilah yang telah menciptakan pemerintahan yang korup dan telah berlaku sampai pemilihan umum baru-baru ini.

Namun menurut Gomez, Anwar tidak mungkin melanggengkan warisan itu. "Ada harapan dia untuk melembagakan reformasi yang dia katakan akan dia bawa begitu dia berkuasa. Dan sekarang dia keluar dari penjara untuk menjadi pemimpin pemerintah," ujarnya. Menurutnya, Anwar akan tahu kebutuhan mendesak untuk mewujudkan reformasi. Sehingga akan ada checks and balances yang dilembagakan di pemerintahannya.

Kembalinya Anwar ke garis depan politik datang pada saat orang-orang Malaysia lebih terinformasi daripada sebelumnya. Media sosial dan generasi pemilih yang berani telah membuka sebuah wacana yang pernah dihentikan oleh pemerintah secara agresif.

Anwar dinilai mampu kembali ke politik nasional Malaysia karena kemampuannya memahami aspirasi banyak orang Malaysia. Anwar Ibrahim menempuh perjalanan 20 tahun yang dramatis untuk memenuhi kembali takdirnya di dunia perpolitikan Malaysia.

Baca: Keluar Penjara, Anwar Ibrahim Janjikan Era Baru Malaysia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement