Selasa 22 May 2018 14:02 WIB

Media Asing Tiba di Korut Saksikan Pembongkaran Situs Nuklir

Korut izinkan media asing, meski terbatas, saksikan penghentian uji coba nuklir

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bilal Ramadhan
Pencitraan satelit yang dirilis pada 30 Maret 2018 yang menunjukkan lokasi uji coba nuklir Punggye-ri, Korea Utara
Foto: ABC News
Pencitraan satelit yang dirilis pada 30 Maret 2018 yang menunjukkan lokasi uji coba nuklir Punggye-ri, Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, WONSAN -- Sekelompok kecil wartawan asing tiba di Korea Utara (Korut) pada Selasa (22/5) untuk menyaksikan langsung pembongkaran situs uji coba nuklir pekan ini. Namun di antara media yang diundang tidak ada wartawan Korea Selatan (Korsel), yang semula dijadwalkan akan ikut berpartisipasi.

Korut mengizinkan akses terbatas bagi sejumlah media asing untuk mempublikasikan janjinya yang akan menghentikan uji coba nuklir di situs bawah tanah dan menghentikan peluncuran rudal balistik antarbenua. Media yang diundang adalah media Inggris, Rusia, Cina, dan AS.

Mereka tiba di Korut dengan menggunakan pesawat khusus dari Beijing. Para wartawan itu akan menginap di hotel kota pelabuhan Wonsan, sebelum melakukan perjalanan dengan kereta api ke situs uji coba nuklir Punggye-ri, yang berada di timur laut Korut.

Keputusan Korut untuk menutup situs uji coba nuklir Punggye-ri secara umum telah dilihat sebagai tanda positif yang diberikan Kim Jong-un menjelang pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump. Pembongkaran situs diperkirakan akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang, tergantung pada cuaca.

Korut telah melakukan enam uji coba bom nuklir di situs bawah tanah tersebut, termasuk uji coba paling kuat pada September lalu. Kim telah mengatakan kepada para pemimpin partai yang berkuasa di pemerintahan, pengujian lebih lanjut tidak lagi diperlukan.

Korut dapat membangun situs uji coba baru jika dirasa perlu melakukan pengujian bom nuklir lebih lanjut. Korut juga dapat membongkar terowongan Punggye-ri dengan cara membalik Gunung Mantap yang ada di dekatnya.

Pyongyang sebelumnya jarang mempublikasikan mengenai situs uji coba bawah tanah itu. Namun keputusannya untuk mengundang wartawan, dan bukannya mengundang inspektur nuklir internasional, untuk menyaksikan penutupan situs itu, telah menimbulkan pertanyaan.

Di sisi lain, setelah sempat menciptakan suasana damai sejak perhelatan Olimpiade Musim Dingin pada Februari lalu, kebuntuan hubungan kembali menghantui Korut dan Korsel. Pekan lalu Pyongyang mengisyaratkan akan memutus semua hubungan tingkat tinggi dengan Seoul.

Korut juga telah menolak daftar nama dan pengajuan visa delapan wartawan Korsel yang hendak ikut menyaksikan penutupan situs nuklir tersebut. Penolakan ini merupakan bentuk protes terhadap latihan militer gabungan yang masih dilakukan AS dan Korsel di semenanjung Korea.

Korut menuding AS telah mengerahkan pesawat pembom B-52 yang berkekuatan nuklir dalam latihan itu. Namun Washington membantah sejumlah pesawat pengebom tersebut adalah bagian dari latihan.

"Jika AS dan pihak berwenang Korsel terus bertahan dalam kebijakan konfrontasi dan perang bergerak melawan DPRK, tanpa menyadari fakta ini, mereka akan dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya atas semua konsekuensi berikutnya," kata Pemerintah Korut dalam pernyataan yang dipublikasikan oleh surat kabar Minju Joson.

Pemerintah Korsel menyatakan penyesalan atas keputusan itu. Namun Seoul masih berharap pembongkaran situs nuklir Korut akan berjalan sesuai rencana dan terbukti menjadi langkah nyata menuju denuklirisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement