Ahad 31 Dec 2017 15:33 WIB

Rusia Bantah Langgar Sanksi PBB untuk Korut

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pria Korea Selatan menonton sebuah televisi yang menampilkan siaran berita yang melaporkan peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara di sebuah stasiun di Seoul.
Foto: EPA/ Jeon Heon-Kyun
Seorang pria Korea Selatan menonton sebuah televisi yang menampilkan siaran berita yang melaporkan peluncuran rudal balistik jarak menengah Korea Utara di sebuah stasiun di Seoul.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia membantah tuduhan telah melanggar sanksi PBB yang ditujukan untuk menekan Korea Utara (Korut). Kapal tanker Rusia dituduh beberapa kali memindahkan bahan bakar minyak ke kapal tanker Korut di tengah laut.

Kementerian Luar Negeri mengatakan, Rusia telah secara ketat mematuhi sanksi PBB tersebut. Kementerian menanggapi laporan Reuters yang menyebutkan dua sumber keamanan Eropa barat yang tidak dikenal mengatakan telah terjadi transfer minyak dari kapal ke kapal pada Oktober dan November, yang merupakan pelanggaran sanksi.

 

Dua sumber keamanan yang dikutip oleh Reuters mengemukakan data intelijen angkatan laut dan satelit dari kapal-kapal yang beroperasi di luar pelabuhan timur Rusia di Pasifik namun menolak untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut. Data posisi satelit kapal menunjukkan pergerakan dan perilaku yang tidak biasa dari beberapa kapal Rusia, termasuk mematikan transponder yang memberikan lokasi yang tepat.

 

Sumber keamanan mengatakan kapal tanker berbendera Rusia, Vityaz, adalah satu kapal yang telah memindahkan bahan bakar ke kapal-kapal Korut. Yaroslav Guk, wakil direktur pemilik kapal tanker itu dari perusahaan Alisa Ltd yang berbasis di Vladivostok, membantah kapal tersebut telah memiliki kontak dengan kapal-kapal Korut.

 

"Sama sekali tidak, ini sangat berbahaya. Ini akan menjadi kegilaan yang lengkap," kata dia, dikutip The Guardian.

 

Dinas Bea Cukai Rusia menolak berkomentar saat dimintai konfirmasi apakah kapal-kapal mereka memasok bahan bakar ke kapal-kapal Korut. Pada Sabtu (30/12), Korut mengumumkan akan terus meningkatkan kemampuan nuklirnya. Media pemerintah Korut menyatakan negara komunis itu telah memiliki kekuatan nuklir yang tak terkalahkan.

 

"Jangan mengharapkan adanya perubahan dalam kebijakan. AS yang terus-menerus bergerak melawan DPRK di bidang politik, ekonomi, militer, diplomatik, dan semua bidang lainnya sampai akhir tahun ini, tidak akan berhenti sejenak saat DPRK percaya pada kemenangannya," tulis kantor berita Korut, KCNA.

 

Sebelumnya, Cina juga membantah telah memasok minyak ke Korut dan melanggar sanksi PBB. Presiden AS Donald Trump mengatakan Beijing telah tertangkap basah dan dia sangat kecewa karena Cina telah membiarkan minyak masuk ke Korut.

 

Korut mengandalkan bahan bakar impor untuk menjaga perekonomiannya. Negara tersebut juga membutuhkan minyak untuk memproduksi rudal balistik antarbenua dan nuklir yang menurut AS dapat mengancam perdamaian di Asia.

 

Empat kapal yang terdiri dari tiga kapal Korut dan sebuah kapal tanker minyak Palau telah diblokir dari pelabuhan internasional oleh Dewan Keamanan PBB. Kapal-kapal itu dicurigai telah membawa atau mengangkut barang yang dilarang oleh sanksi yang menargetkan Pyongyang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement