Sabtu 10 Mar 2018 09:24 WIB

Belasan Personel Pemberontak Mulai Tinggalkan Ghouta Timur

Pemberontak mulai meninggalkan kawasan konflik tersebut bersama keluarga mereka.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Winda Destiana Putri
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.
Foto: Failaq al-Rahman, via AP
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA -- Sejumlah personel kelompok oposisi mulai meninggalkan Ghouta Timur, Suriah, yang sedang dikepung militer pemerintah. Oposisi mulai meninggalkan kawasan konflik tersebut bersama keluarga mereka.

Seperti dilaporkan Reuters yang mengutip media lokal Suriah, Sabtu (10/3), sedikitnya 13 personel oposisi siap meninggalkan daerah yang berada di dekat Damaskus tersebut. Belasan personel tersebut telah tiba di titik temu untuk segera pergi meninggalkan kawasan.

Militer pemerintah Suriah mengklaim telah mengambil alih separuh kawasan Ghouta Tiimur yang dikuasai oleh oposisi. Sementara, oposisi bersama keluarga mereka masuk ke kawasan yang dikuasai militer Suriah dengan melintasi jalur al-Wafideen.

Diwartakan BBC, kelompok oposisi juga sepakat untuk membebaskan militan yang mereka tangkap selama menguasi Ghouta Timur. Pembebsasan tahanan tersebut dilakukan setelah adanya diskusi yang dilakukan oleh perwakilan kelompok militan dan PBB yang masuk ke kawasan bersamaan dengan bantuan kemanusiaan.

Sementara, serangan yang diluncurkan militer Suriah di Ghouta Timur sejauh ini telah menewaskan lebih dari 900 warga sipil. Lembaga Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah mencatat, mayoritas korban serangan itu adalah anak-anak.

Sekitar 400 ribu warga hingga saat ini juga masih terperangkap di kawasan konflik tersebut. Meski demikian, bantuan kemanusiaan PBB telah berhasil mengantarkan bantuan kepada para korban perang di kawasan. Sebelumnya, bantuan tersebut sempat tersendat akibat kepungan yang dilakukan militer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement