Kamis 15 Mar 2018 13:57 WIB

Inggris Bangun Pusat Pertahanan Senjata Kimia

Anggaran pembangunan pusat pertahanan senjata kimia mencapai 48 juta poundsterling.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Inggris
Bendera Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pusat pertahanan senjata kimia Inggris yang baru, akan didirikan. Langkah ini menyusul serangan agen saraf terhadap mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Salisbury, Inggris.

Meskipun ada pengetatan anggaran, Kementerian Pertahanan Inggris menghabiskan 48 juta poundsterling untuk mendirikan pusat tersebut, yang akan berada di bawah naungan pendirian riset militer Porton Down, seperti dilansir BBC, Kamis (15/3).

Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson mengatakan bahwa Inggris memimpin dunia dalam penelitian tentang perang senjata kimia, biologi dan radiologis, namun keahlian ini perlu dikembangkan lebih jauh untuk menghadapi aktivitas bermusuhan yang potensial oleh negara dan individu.

"Kami tahu ancaman kimia tidak hanya datang dari Rusia tapi juga dari yang lain. Kami akan memperkuat kemampuan ini dengan menginvestasikan 48 juta poundsterling di Pusat Pertahanan Senjata Kimia yang baru untuk memastikan kami mempertahankan keunggulan kami dalam analisis kimia dan pertahanan." kata Williamson.

photo
Polisi Inggris berjaga di dekat rumah seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal yang diserang dengan zat agen saraf.

Langkah-langkah lain yang akan diumumkan Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson hari ini mencakup ribuan tentara Inggris yang menerima vaksinasi antraks sehingga segera dapat dikerahkan jika terjadi serangan, baik di Inggris maupun di luar negeri, menurut laporan The Guardian.

Keputusan ini muncul 11 hari setelah serangan yang melibatkan agen saraf kelas militer buatan Rusia yang menyebabkan mantan mata-mata dan agen ganda Sergei Skripal, putrinya Yulia dan seorang perwira polisi Inggris harus mendapatkan perawatan di rumah sakit di Salisbury, seperti dilansir di Independent. Hal ini memicu kemarahan di kalangan Inggris dan sekutu-sekutunya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement