Senin 19 Mar 2018 12:08 WIB

Oposisi: Pemilih Dipaksa ke TPS untuk Amankan Suara Putin

Beberapa organisasi, beberapa bus, membawa banyak orang.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Vladimir Putin memasukkan surat suara ke kotak suara pada Pemilu Rusia 2012. (ilustrasi)
Foto: news.sky.com
Vladimir Putin memasukkan surat suara ke kotak suara pada Pemilu Rusia 2012. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Penentang Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh pemilih dalam pemilihan presiden pada Ahad (18/3) dipaksa untuk datang ke tempat pemungutan suara. Hal itu merupakan upaya Kremlin untuk memastikan agar kemenangan Putin tidak ternodai dengan jumlah pemilih yang rendah.

Seorang ajudan pemimpin oposisi Alexei Navalny, Ivan Zhdanov, mengatakan pendukung Navalny yang memantau pemungutan suara tersebut melaporkan bahwa orang-orang disekap ke tempat pemungutan suara oleh majikan mereka. Navalny telah dilarang tampil dalam pemilihan presiden tersebut.

"Kami akan menyebutnya 'pemilihan bus shuttle'," kata Zhdanov pada sebuah konferensi pers, seperti ditulis Reuters. "Beberapa organisasi, beberapa bus, membawa banyak orang."

Sementara itu, pejabat Kremlin secara pribadi mengakui beberapa pemilih enggan untuk muncul dan memberikan suara. Meski mereka mendukung Putin, karena mereka yakin kemenangannya sudah menjadi kepastian. Para pejabat mengatakan pemungutan suara akan adil.

Ketua komisi pengorganisasian pemungutan suara secara nasional, Ella Pamfilova, mengatakan setiap kecurangan akan ditandai. Menurutnya, mereka yang menuduh pemilihan ini telah dicurangi sama saja dengan memberikan tuduhan berat sebelah terhadap Rusia.

Wartawan Reutersyang berada di tempat pemungutan suara berbicara dengan beberapa pemilih. Mereka mengakui bahwa mereka telah diinstruksikan untuk memberikan suara oleh atasan atau atasam akademis mereka. Banyak dari pemilih yang mengambil foto diri (selfie) setelah memilih untuk digunakan sebagai bukti telah memilih.

Dalam satu kasus, seorang pejabat pemilihan senior yang memeriksa sebuah tempat pemungutan suara mengatakan bahwa foto-foto pemungutan suara tidak boleh dilakukan. Dia memerintahkan petugas pemilihan di lokasi untuk memberantasnya.

Berikut adalah beberapa kasus yang dikumpulkan oleh wartawan Reuters yang berbicara kepada orang-orang di tempat pemungutan suara:

- Natalia Lobzhanidze adalah direktur sekolah no. 3 di Ust-Djeguta, di wilayah Karachayevo-Cherkessia di Rusia selatan. Itu menjadi tempat pemungutan suara nomor 215. Dia mengatakan, "Seorang gadis berasal dari (ibukota wilayah) Cherkessk, kami memotretnya, karena atasannya memintanya untuk melaporkannya kembali. Dia terdaftar di sini, jadi dia harus datang ke sini."

-Seorang pria berusia 25 tahun di tempat pemungutan suara nomor 02-13 di pemukiman Gryazi, di wilayah Lipetsk di selatan Moskow, mengatakan: "Di tempat kerja, kami dipaksa untuk datang dan memilih, dengan foto dan semua sisanya."

- "Di tempat pemungutan suara nomor 217 di Ust-Djeguta, dua siswa berusia 18 tahun mencantumkan surat suara mereka. Ditanya oleh seorang reporter Reuters mengapa mereka memilih, seseorang berkata: "Sejujurnya, kami terpaksa melakukannya." Ketika ditanya siapa yang memaksa mereka, siswa tersebut berkata: "Sang guru."

- Masih ditempat pemungutan suara yang sama di Ust-Djeguta. Sekelompok perempuan memilih, lalu naik ke sebuah bus yang sedang menunggu mereka di jalan. Bus itu memiliki nama rumah perawatan anak-anak setempat yang tertulis di sampingnya. Ditanya oleh seorang wartawan Reuters apakah sebuah organisasi mengirim mereka untuk memberikan suara, para wanita tersebut menolak memberikan komentar.

- Di sebuah tempat pemungutan suara di Simferopol, di wilayah Krimea yang dianeksasi Rusia dari Ukraina, pasangan dengan seorang anak memotret diri mereka memasukkan selotip suara ke dalam kotak suara. Menjelaskan mengapa mereka menginginkan foto tersebut, wanita tersebut berkata: "Saya bekerja di taman kanak-kanak, saya membutuhkannya untuk bekerja."

- Di TPS 1515 di Zelenodolsk, 800 kilometer di timur Moskow, lima orang memotret dirinya sendiri. Ditanya oleh seorang reporter Reuters mengapa, salah satu kelompok, seorang wanita muda, berkata: "Apa maksud Anda mengapa? Ini adalah laporan fotografi untuk atasan kami."

- Di tempat pemungutan suara nomor 216 di Ust-Djeguta, Marina Kostina sedang mengawasi dua gadis remaja yang memotret pemilih dengan surat suara. Ketika ditanya mengapa seorang wanita difoto, Kostina berkata: "Pekerjaannya memintanya untuk melaporkannya."

-Juga di TPS 216 di Ust-Djeguta, seorang wanita berusia sekitar 40 tahun mengatakan bahwa dia diminta memberikan bukti bahwa dia telah memilih oleh atasannya di taman kanak-kanak nomor 6 di kota itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement