Senin 19 Mar 2018 17:45 WIB

Putin Menang Telak di Pilpres Rusia

Putin telah berkuasa sejak 2000.

Rep: Marniati/ Red: Budi Raharjo
Vladimir Putin
Foto: EPA/Sergei Chirikov
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Pesiden Rusia Vladimir Putin menang telak dalam pemilihan presiden Rusia. Kemenangan ini membuat Putin kembali berkuasa di Rusia selama enam tahun ke depan.

Kemenangan Putin membuat ia berkuasa hampir seperempat abad. Ini artinya Putin menjadi pemimpin kedua Rusia yang menjabat cukup lama setelah diktator Uni Soviet Josef Stalin. Putin telah berkuasa sejak 2000.

Masa jabatan Putin akan berakhir pada 2024 atau saat ia berusia 71 tahun. Pada masa jabatan ini, Putin telah berjanji akan memperkuat pertahanan Rusia melawan Barat dan meningkatkan standar hidup warganya.

Komisi Pemilu Pusat mengumumkan Putin, yang telah mendominasi politik Rusia selama 18 tahun terakhir, telah memenangkan 75,9 persen suara. Kemenangan Putin sudah diprediksi karena ia didukung oleh TV pemerintah dan partai yang berkuasa.

Menurut hasil parsial, penantang terdekatnya, kandidat Partai Komunis Pavel Grudinin, mendapat sekitar 13 persen. Sementara nasionalis Vladimir Zhirinovsky mendapat sekitar enam persen suara.

Tak satu pun dari tujuh kandidat yang bersaing melawan Putin menimbulkan ancaman. Pemimpin oposisi Alexei Navalny telah dilarang ikut dalam pilpres karena kasus korupsi.

Kritikus menuduh pejabat telah memaksa orang untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Ini untuk memastikan agar jumlah pemilih tidak menurun.

Angka pemilih akan diteliti dengan seksama. Tanda awal menunjukkan jumlah pemilih melebihi 60 persen.

Komisi Pemilu Pusat Rusia mengakui bahwa ada beberapa penyimpangan. Namun lembaga tersebut kemungkinan menolak kritik yang lebih luas. Komisi Pemilu menyatakan keseluruhan hasil pilpres sah.

Dalam sebuah pidato kemenangan di dekat Lapangan Merah, Putin mengatakan kepada pendukungnya bahwa dia menafsirkan kemenangan tersebut sebagai mosi percaya pada apa yang telah dia capai dalam kondisi sulit. "Ini sangat penting untuk mempertahankan persatuan ini, kita akan memikirkan masa depan Tanah Air kita yang besar," kata Putin ditulis Reuters

Dia mengatakan masa-masa sulit berada di depan mata. Namun Rusia memiliki kesempatan untuk membuat sebuah terobosan. Loyalis Putin menyebutkan kredibilitas Putin dapat dibuktikan dari sikap kerasnya terhadap Barat.

"Saya pikir di Amerika Serikat dan Inggris mereka mengerti bahwa mereka tidak dapat mempengaruhi pemilihan kita," ujar anggota house of parliament, Igor Morozov di televisi pemerintah.

Pembicara darihouse of parliamentValentina Matviyenko jugamemuji kemenangan tersebut. "Pemilu kami telah terbukti sekali lagi bahwa tidak mungkin memanipulasi rakyat kita. Orang-orang datang bersama-sama. Tidak ada negara lain di dunia yang memiliki pemilihan terbuka dan transparan seperti itu," katanya.

Pemimpin oposisi Navalny menyerukan agar demonstrasi anti-Putin menuntut pemilihan ulang. Ia mengatakan pilpres diselenggarakan secara tidak adil. Seorang politisi oposisi senior telah memperingatkan bahwa bentrokan dapat terjadi jika polisi menindak demonstram terlalu keras.

Kalimat perang Putin lambat laun menjadi keras sebelum pemilihan. Dalam pidato kenegaraan saat dia meluncurkan senjata nuklir baru, Putin mengatakan bahwa mereka dapat mencapai hampir semua titik di dunia dan menghindari perisai rudal AS.

Hubungan antara Moskow dan Barat juga berada dalam titik rendah pascaperang Dingin. Ini dikarenakan adanya perselisihan dengan Barat mengenai Suriah dan Ukraina. Rusia juga dituduh melakukan serangan cyber dan meracuni seorang mantan mata-mata Rusia dan putrinya di Inggris.

Putin mengatakan pada Ahad bahwa Moskow tidak mungkin meracuni mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris. Menurutnya Moskow siap untuk bekerja sama dengan London dalam proses penyelidikan.

Pasukan sekutu memuji Putin sebagai sosok kebanggaan nasional. Putin juga dipuji karena memperluas pengaruh global Moskow dengan intervensi di Suriah dan Ukraina.

Namun kritikus menuduh Putin menjalanan sistem korup dan otoriter. Putin juga secara ilegal mencaplok Ukraina pada 2014. Sebuah langkah yang mengisolasi Rusia secara internasional.

Sanksi Barat terhadap Rusia yang diberlakukan atas dukungan Moskow atas pemberontakan separatis pro-Rusia di bagian timur Ukraina telah merusak ekonomi Rusia. Ekonomi negara tersebut baru pulih tahun lalu setelah penurunan yang berkepanjangan.

Pejabat dan analis mengatakan ada sedikit kesepakatan antara pembuat kebijakan utama Putin mengenai strategi ekonomi untuk masa jabatan barunya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement