Kamis 26 Apr 2018 13:08 WIB

Pemimpin Madrid Mundur Setelah Video Mengutilnya Beredar

Pemimpin Madrid ini ditahan oleh penjaga keamanan karena dicurigai mencuri krim wajah

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Komunitas Madrid Cristina Cifuentes
Foto: Instagram
Presiden Komunitas Madrid Cristina Cifuentes

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Presiden Komunitas Madrid, Cristina Cifuentes (53 tahun), menyatakan mengundurkan diri pada Rabu (25/4). Pengunduran dirinya terjadi setelah muncul sebuah video yang menunjukkan Cifuentes ditahan karena mengutil pada 2011.

Cifuentes sebelumnya telah dilihat sebagai seorang bintang baru yang bisa menjadi perdana menteri Spanyol. Namun, Cifuentes yang jabatannya setara dengan gubernur sebuah wilayah, telah berada di bawah tekanan untuk mundur selama berminggu-minggu, setelah ia dilaporkan menerima gelar masternya tanpa melakukan studi.

Dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (25/4), Cifuentes mengatakan dia bermaksud untuk mengundurkan diri bahkan sebelum situs berita Okdiario memposting berita tentang insiden penangkapannya pada 2011. Okdiario mengungkapkan, Cifuentes ditahan oleh seorang penjaga keamanan karena dicurigai mencuri krim wajah.

Menurut situs itu, Cifuentes akhirnya kemudian membayar barang-barang yang dicurinya dan kasus tersebut tidak dilaporkan ke polisi. Tidak jelas mengapa rekaman kamera supermarket itu disimpan selama tujuh tahun, dan siapa yang membocorkannya.

Cifuentes mengatakan insiden itu adalah kesalahan yang tak disengaja, bukan pencurian. Dia bersikeras media telah membuatnya menjadi korban perburuan politik. "Saya memiliki perasaan yang pahit dari sudut pandang pribadi saya," ujar Cifuentes, dikutip New York Times.

Setelah lima pekan lalu disebut tidak pantas menerima gelar master, Cifuentes tidak hanya membantah melakukan kesalahan tetapi juga mengatakan dia akan menuntut para wartawan Eldiario.es. Media daring ini mempertanyakan gelar yang diberikan kepadanya oleh King Juan Carlos University.

Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy sebelumnya membela Cifuentes dengan mengatakan dia telah memberikan penjelasan yang cukup tentang perolehan gelar masternya. Namun setelah melihat video pengutilan yang dilakukan Cifuentes, Rajoy mengatakan Cifuentes telah melakukan apa yang harus dia lakukannya dengan mengundurkan diri.

Praktik curang di kampus

Cifuentes diperkirakan akan tetap sebagai anggota parlemen daerah, menjelang pemilihan regional dan kota di Spanyol pada 2019. "Kasus Cifuentes benar-benar kebalikan dari sikap teladan yang diharapkan dari seseorang yang berniat menjadi pemimpin sejati, tulis Francesc-Marc lvaro dalam kolom terbaru untuk surat kabar La Vanguardia.

"Jika seorang politisi ditemukan memiliki gelar palsu, di negara-negara lain seperti Jerman dan Inggris, kita tahu bagaimana hal-hal ini berakhir: yaitu dengan pengunduran diri segera," tambah dia.

Jaksa sekarang sedang menyelidiki praktik kecurangan di King Juan Carlos University, yang telah menjadi almamater bagi politisi lain dari partai pemerintahan Spanyol. Ada juga kekhawatiran tentang salah urus keuangan di institusi yang dikenal di Spanyol sebagai Rey Juan Carlos University itu, yang juga pernah dilanda skandal plagiarisme besar pada 2017.

Cifuentes telah mengakui untuk pertama kalinya dia menerima gelarnya dari hasil perjanjian dengan para profesor, tetapi dia tidak merinci lebih jauh. Ketika Cifuentes membela diri selama sebulan terakhir, beberapa profesor universitas mengatakan tanda tangan mereka telah dipalsukan pada dokumen yang berkaitan dengan gelarnya.

"Kasus Cifuentes merusak reputasi tidak hanya Rey Juan Carlos tetapi juga semua universitas di negara ini, ujar Miguel Sebastin, mantan menteri sosialis dan profesor universitas itu. Dia menyebut aksi Cifuentes adalah penghinaan bagi siswa yang bekerja keras untuk mendapatkan gelar dan keluarga mereka yang telah mendukung mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement