Rabu 16 May 2018 04:31 WIB

Inggris Minta PBB Selidiki Pembantaian Israel di Gaza

Demonstran tidak menimbulkan ancaman bagi pasukan Israel di perbatasan Gaza.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Inggris, Theresa May.
Foto: AP/Michel Euler
Perdana Menteri Inggris, Theresa May.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris menyerukan PBB membuka penyelidikan terhadap penggunaan amunisi hidup oleh tentara Israel untuk menembaki demonstran Palestina di Gaza. Seruan ini disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris untuk Urusan Timur Tengah Alistair Burt di depan Majelis Umum PBB, Selasa (15/5).

Menurut Burt, para diplomat Inggris sudah mendesak PBB melakukan penyelidikan. Sebanyak 61 warga Palestina telah dilaporkan tewas dalam aksi protes pada Senin (14/5), menyusul langkah Presiden AS Donald Trump yang secara resmi memindahkan Kedutaan Besar AS untuk Israel ke Yerusalem.

"Inggris telah dengan jelas menyerukan [penyelidikan] segera, ada kebutuhan untuk mencari fakta-fakta tentang apa yang terjadi, termasuk mengapa senjata api digunakan. Kami mendukung penyelidikan independen dan transparan. Tim kami di PBB sudah melakukan apa yang bisa kami lakukan terkait dengan itu. Ada berbagai bentuk penyelidikan yang mungkin dilakukan melalui PBB, tetapi kita harus menemukan formula yang tepat," ujar Burt, seperti dilaporkan laman The Independent.

(Baca juga: Erdogan: Israel adalah Negara Teroris)

Menteri Luar Negeri Kabinet Bayangan Inggris Emily Thornberry mengatakan kekerasan itu adalah bagian dari kebijakan yang disengaja untuk membunuh pengunjuk rasa yang tak bersenjata. Menurutnya, demonstran juga tidak menimbulkan ancaman bagi pasukan Israel di perbatasan Gaza.

Ia menjelaskan, banyak korban telah ditembak dari belakang dan berjarak ratusan meter dari perbatasan. Mayoritas dari mereka adalah anak-anak.

"Dan jika kami diam melihat aksi mematikan para penembak jitu Israel di perbatasan, saya khawatir kami akan terus melihat luka-luka yang diderita para korban," ungkap Thornberry.

Namun Inggris tidak mengaitkan kematian para pemrotes Palestina dengan keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Inggris dinilai masih berusaha menyeimbangkan hubungan diplomatik dengan mengutuk kekerasan di Gaza, tetapi juga tidak secara langsung menyalahkan AS.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah bertemu Kabinetnya, Perdana Menteri Theresa May fokus pada aksi pasukan bersenjata Israel dan elemen ekstremis yang berusaha mengeksploitasi protes di kubu Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement