Jumat 25 May 2018 19:36 WIB

Bantahan Rusia Soal Rudal Penembak Pesawat MH17

Kemenlu Rusia sebut pernyataan soal rudal merupakan tuduhan tak berdasar

Rep: Crystal Liestya Purnama/ Red: Bilal Ramadhan
Puing pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Donetsk mulai dipindahkan untuk dibawa ke Belanda dan diteliti lebih lanjut.
Foto: Reuters
Puing pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Donetsk mulai dipindahkan untuk dibawa ke Belanda dan diteliti lebih lanjut.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Pengadilan Belanda mengidentifikasi pada Kamis (24/5) bahwa unit militer Rusia sebagai sumber rudal yang menembak jatuh Malaysia Airlines MH17 pada 2014. Pesawat itu terbang di atas Ukraina bagian timur dan akibat tembakan tersebut semua orang di dalamnya tewas.

Pesawat yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur itu ditembak rudal anti-pesawat Buk buatan Rusia pada tanggal 17 Juli 2014. Pesawat tersebut terbang di atas wilayah yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia.

Tidak ada yang selamat, sebanyak 298 orang tewas. Dua pertiga dari mereka yang tewas adalah warga Belanda. "Buk yang digunakan berasal dari tentara Rusia, brigade ke-53," kata Kepala Penuntut Belanda Fred Westerbeke.

"Kami tahu itu digunakan, tetapi orang yang bertanggung jawab atas Buk ini, kami tidak tahu."

Pada Kamis (24/5) Rusia mengulangi pernyataannya, bahwa pihaknya tidak ada hubungannya dengan insiden itu. "Tidak satu pun peluncur rudal pertahanan udara dari Angkatan Bersenjata Rusia pernah melintasi perbatasan Rusia-Ukraina," kantor berita Rusia TASS mengutip Kementerian Pertahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan temuan itu didasarkan pada data palsu yang disajikan oleh blogger dan bahwa informasi Moskow mengenai kasus tersebut telah diabaikan. "Ini adalah contoh tuduhan tak berdasar yang ditujukan untuk mendiskreditkan negara kami di mata masyarakat internasional," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan pada hari Kamis bahwa AS memiliki keyakinan penuh dalam temuan tersebut. Pihaknya meminta Rusia untuk mengakui keterlibatannya.

"Sudah saatnya bagi Rusia untuk menghentikan kebohongannya dan memperhitungkan perannya dalam penembakan," kata juru bicara Kemenlu AS, Heather Nauert dalam sebuah pernyataan.

Penyidik mengimbau kepada publik untuk maju dan membantu mengidentifikasi anggota kru yang mengoperasikan rudal dan menentukan seberapa tinggi rantai perintah itu berasal.

"Federasi Rusia tidak membantu kami memberikan informasi yang kami bawa ke tempat terbuka hari ini," kata Westerbeke. "Mereka tidak memberi kami informasi ini, meskipun Buk ini digunakan oleh pasukan militer mereka."

Jaksa menunjukkan foto dan video dari konvoi truk yang membawa sistem ketika melintasi perbatasan dari Rusia ke Ukraina. Itu kembali beberapa hari kemudian dengan satu rudal hilang.

Kendaraan itu memiliki nomor seri dan tanda lain yang unik untuk Brigade ke-53, sebuah unit anti-pesawat yang berbasis di kota Kursk Rusia barat. Dalam pembaharuan sementara pada penyelidikan mereka, jaksa mengatakan mereka telah memangkas daftar kemungkinan tersangka dari lebih dari seratus hingga beberapa puluh.

Westerbeke mengatakan para penyelidik belum siap untuk mengidentifikasi para tersangka secara terbuka atau mengeluarkan dakwaan. Akan tetapi ketika mereka melakukannya dia mengharapkan kerjasama, atau tanggapan politik internasional yang kuat.

Bahkan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mempersingkat perjalanan ke India untuk kembali mengikuti rapat kabinet pada hari Jumat (25/5). Rapai kabinet itu digelar untuk membahas temuan terbaru dalam penyelidikan.

Yayasan Bencana MH17 yang mewakili keluarga korban menuntut agar pemerintah Belanda mengambil tindakan hukum untuk meminta pertanggungjawaban negara Rusia. "Ini harus melampaui eksplorasi hukum setelah ini," kata anggota dewan Piet Ploeg seperti dikutip oleh penyiar NOS.

Tim Investigasi Gabungan, yang diambil dari Australia, Belgia, Malaysia, Belanda dan Ukraina, mengumpulkan bukti untuk penuntutan pidana dalam jatuhnya pesawat. Jenderal Angkatan Darat Ukraina Vasyl Hrytsak, seorang anggota tim investigasi, mengatakan langkah penting berikutnya adalah menentukan siapa yang mengeluarkan perintah untuk memindahkan sistem rudal.

Sebelumnya Dewan Keselamatan Belanda menyimpulkan dalam laporan Oktober 2015 bahwa Boeing 777 diserang oleh rudal Buk buatan Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement