Kamis 26 May 2016 08:01 WIB

Eksekusi Kriminal ala Pasukan Pembunuh Misterius

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Clarita Alia (62 tahun) di rumahnya saat berbicara mengenai empat anak lelakinya yang tewas dieksekusi pasukan pembunuh di Davao, Filipina, 14 Mei 2016.
Foto: Reuters/Andrew RC Marshall
Clarita Alia (62 tahun) di rumahnya saat berbicara mengenai empat anak lelakinya yang tewas dieksekusi pasukan pembunuh di Davao, Filipina, 14 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, DAVAO -- Siang itu hari panas, Sabtu 14 Mei 2016. Gil Gabrillo (47 tahun) baru pulang dari sabung ayam. Ia menyusuri jalan untuk pulang, sepi.

Tak lama suara motor meraung dari kejauhan. Semakin dekat, Gabrillo belum menaruh curiga. Hingga akhirnya pengendara motor itu melesatkan empat peluru ke kepala dan tubuh Gabrillo.

Motor kembali melaju. Hingga saat ini, belum ada titik terang lebih dari keterangan di atas. Identitas pelaku pembunuhan masih buram. Mereka hanya dijuluki pasukan pembunuh.

Bagi penduduk Davao, keberadaan mereka bagai pedang bermata dua. Konon, mereka mengeksekusi para kriminal. Gabrillo sendiri adalah seorang pengguna narkoba.

Meski tak jarang, kesaksian keluarga membantah keterlibatan korban dalam aksi kriminal. Kelompok Hak Asasi Manusia mendokumentasikan sedikitnya 1.400 pembunuhan di Davao yang diduga dilakukan pasukan pembunuh sejak 1998.

Sebagian besar korban terkait dengan obat-obatan, penjahat kecil dan anak-anak jalanan. Dalam laporan 2009, Human Right Watch mengidentifikasi kegagalan polisi menangani kasus-kasus ini.

Rumor yang beredar, polisi pun terlibat melindungi pasukan pembunuh. Polisi dituduh memberikan nama dan foto pelaku kriminal pada mereka. Tentu tuduhan ini disangkal habis-habisan kepolisian Davao.

Empat tahun pembunuhan ini pun bertumpuk di meja Biro Investigasi Nasional (NBI) Filipina yang posisinya setara FBI. Tidak ada satu pun tuntutan atau proses hukum yang berjalan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement