Kamis 18 Aug 2016 17:58 WIB

Dubes Korut yang Membelot Muak dengan Rezim Kim

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Warga Korea Selatan menonton TV di Seoul Railway Station yang menampilkan Thae Yong Ho, menteri di Kedubes Korea Utara di London, Rabu, 17 Agustus 2016. Thae membelot ke Korea Selatan.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Warga Korea Selatan menonton TV di Seoul Railway Station yang menampilkan Thae Yong Ho, menteri di Kedubes Korea Utara di London, Rabu, 17 Agustus 2016. Thae membelot ke Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kum Thae, seorang remaja dan siswa sebuah sekolah di Acton, London barat merupakan penguna media sosial Facebook dan WhatsApp. Namun setelah mengambil level A pada matematika dan ilmu komputer musim panas ini, ia menghilang.

"Kami mencoba meneleponnya, diblokir. Ia menghilang dari Facebook dan media sosial. Kami sangat khawatir," kata temannya Louis Prior (19 tahun), seperti diberitakan laman The Guardian, Kamis (18/8).

Misteri itu terpecahkan pekan ini ketika ayah Kum, Thae Yong-ho dikabarkan membelot. Diplomat tingkat tinggi dan menteri di Kedutaan Korut di London itu menyelinap keluar rumah di Ealing bersama keluarganya.

Pemerintah Seoul mengumumkan pada Rabu (17/8) ia kini berada di Korea Selatan untuk membelot dari Korut. Tidak jelas bagaimana mereka sampai ke sana. Tetapi kemungkinkan badan intelijen Inggris MI6 telah mengatur perjalanannya usai mewawancarai ia di sebuah rumah aman pemerintah.

Para pengamat mengatakan, Thae mungkin memiliki informasi berharga tentang rahasia rezim Kim Jong-un yang berkuasa sejak 2011.

Menurut seorang juru bicara di Kementerian Unifiksi Korsel Jeong Joon-hee, motif Thae untuk membelot adalah politik dan pribadi. Ia muak dan lelah dengan rezim Kim Jong-un. Thae ingin berada di sebuah negara liberal dan demokratis.

"Ia khawatir tentang masa dean anak-anaknya," kata Jeong. Ia mengatakan, kasus Thae menunjukkan tumbuhnya kekecewaan di kalangan para pejabat Korut.

Sebagai seorang diplomat, Thae bisa ditarik Pyongyang setiap saat, membuat pendidikan Kum dalam bahaya. Ia telah menghabiskan sebagian besar dekade terakhir di barat dengan bertugas di Denmark sebelum memegang jabatannya sekarang.

Thae adalah salah satu dari enam pejabat yang ditempatkan di kedutaan, bagian penting dalam dunia klandestin kebijakan luar negeri Korut. Tugasnya adalah melacak emigran yang tinggal di London dan membantah kritik catatan hak asasi manusia Inggris terhadap Korut yang menurut Human Rights Watch merupakan salah satu terburuk di dunia.

Thae tiba di London pada 2004. Ia memiliki pesona, cerdas dan berbahasa Inggris sempurna. Ia mengambil bagian dalam beberapa acara-acara publik dan tidak memberikan petunjuk ia akhirnya akan membelot.

Jumlah pembelot, kebanyakan dari mereka akan melalui perbatasan Korut dengan Cina, menurun sejak Kim Jong-un mengambil alih sebagai pemimpin setelah kematian ayahnya. Pembelotan baru lainnya termasuk diplomat Korut dari Thailand dan 12 pelayan yang berbasis di Cina.

Tidak jelas apa dampak pembelotan Thae terhadap hubungan Inggris dan Korut. Inggris telah memiliki duta besar di Pyongyang sejak 2001. Ada dialog budaya yang sedang berlangsung, termasuk pertukarang akademis dengan beberaa mahasiswa Korut untuk belajar di Cambridge University.

Joh Nilsson-Wright, kepala program Asia di Chatham House mengatakan, Korsel dan sekutunya saat ini akan mengorek Thae terkait pemerintahan Kim Jong-un dalam tiga atau empat tahun terakhir.

Sementara itu, teman sekelas Kum yang meghabiskan banyak waktu bermain gim mengaku senang Kum masih hidup dan sehat. "Aku senang dia aman. Kami hanya jengkel dia akan kehilangan tempatnya di Imperial," ujar Prior.

Kum (19 tahun) yang cerdas, musim gugur ini seharusnya berada di Imperial College London untuk matematika dan illmu komputer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement