Ahad 03 Jul 2011 08:38 WIB

Menlu Australia Temui San Suu Kyi di Myanmar

Menteri Luar Negeri Australia, Kevin Rudd, dan pahlawan pro-demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengadakan pertemuan dua jam di Yangon pada Sabtu (2/7).
Foto: AP/Khin Maung Win
Menteri Luar Negeri Australia, Kevin Rudd, dan pahlawan pro-demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengadakan pertemuan dua jam di Yangon pada Sabtu (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID,YANGON - Menteri Luar Negeri Australia, Kevin Rudd, telah mengadakan dua jam lebih pembicaraan dengan pahlawan pro-demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, Sabtu (3/7), di Yangon. Pertemuan tersebut sehari setelah pertemuan dengan presiden baru negara itu.

Delegasi pertama dari Canberra sejak pemerintah baru Myanmar yang didukung militer berkuasa itu mengatakan bahwa mereka mengharapkan beberapa perubahan di Myanmar. Demikian Han Thar Myint, seorang juru bicara Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi, menuturkan.

Rudd telah membicarakan bantuan berlanjut Australia pada Myanmar sebagai donor terbesar keduanya,'' kata Han Thar Myint. ''Ia telah memberikan pendapat mereka pada Myanmar mengenai hak asasi manusia dan demokrasi, serta bagaimana mereka berusaha untuk membantu kami."

Rudd telah bertemu dengan Presiden Thein Sein di ibukota Naypyidaw pada Jumat (1/7). Suu Kyi dibebaskan dari tahanan rumah akhir tahun lalu. Pada pekan ini, dia telah diminta oleh pemerintah baru dukungan militer untuk menghentikan semua aktivitas politik dengan mengatakan bahwa hal itu melanggar undang-undang.

Suu Kyi dibebaskan setelah tujuh tahun dalam tahanan rumah. Tak lama setelah pembebasannya, Rudd mengatakan pada penerima hadiah Nobel perdamaian itu melalui telpon bahwa Australia akan menjadi teman yang dapat diandalkannya pada masa depan.

Bantuan pembangunan Australia pada negara itu meningkat dari 29,1 juta dolar Australia (31 juta dolar AS) pada 2009-2010 menjadi 47,6 juta dolar Australia pada 2011-2012. Demikian menurut sebuah pernyataan dari Canberra, bulan lalu. Bantuan itu direncanakan mencapai sebanyak 50 juta dolar Australia pada 2012-2013.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement