Jumat 23 Sep 2011 10:19 WIB

Produsen Merek Hugo Boss Akhirnya Minta Maaf pada Komunitas Yahudi

Salah satu toko ritel Hugo Boss
Foto: .
Salah satu toko ritel Hugo Boss

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Merek fashion dunia Hugo Boss dianggap telah melakukan 'dos masa lalu' terhadap Yahudi, dan karenanya harus meminta maaf. Berdasar hasil studi sejarah, perusahaan ini mempekerjakan secara paksa 140 warga Polandia dan 40 Prancis yang merupakan tahanan Nazi selama era Holocaust. Mereka ditempatkan dalam mess yang terletak di dalam pabrik mereka dengan kondisi memprihatinkan.

    

Hugo Boss, perusahaan asal Jerman yang memiliki cabang di 110 negara ini, terkenal sebagai produsen fashion high-end untuk kaum pria dan wanita. Perusahaan ini disebut-sebut menjahit seragam Nazi dan merupakan penjahit pribadi pimpinan Nazi, Hitler.

Pada Selasa, perusahaan ini mengeluarkan permintaan maaf secara formal menyertai peluncuran buku terbaru tentang perusahaan ini. Di dalamnya juga disinggung tentang kaitannya dengan Nazi di masa lalu. "Perusahaan mengungkapkan penyesalannya yang mendalam kepada mereka yang menderita kerugian atau kesulitan di pabrik yang dijalankan oleh Hugo Ferdinand Boss di bawah kekuasaan Sosialis Nasional," tulis mereka di situs web perusahaan.

Mereka merasa perlu menulis buku, kata Philipp Wolff, wakil presiden komunikasi, karena selama bertahun-tahun mereka dihadapkan dengan tuduhan berkala dan rumorbahwa mereka merancang seragam Nazi atau bahkan menjadi penjahit pribadi Hitler.

"Kami tidak ingin dan tidak pernah ingin menyembunyikan apa pun, melainkan ingin membawa kejelasan tentang masa lalu. Ini tanggung jawab kita untuk perusahaan, karyawan, pelanggan kami, dan semua yang  orang tertarik di Hugo Boss dan sejarahnya, "kata Wolff dalam sebuah pernyataan.

Telah lama dikenal dan didokumentasikan bahwa Boss, yang mendirikan perusahaannya pada tahun 1924, memulai usahanya dengan menyediakan seragam Nazi, dan setelah perang ia didenda karena berurusan dengan partai. Tapi dia selalu dibela, sampai kematiannya pada 1948. Ia berdalih, bergabung dengan nazi hanya untuk melindungi bisnisnya.

sumber : Haaretz
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement