Sabtu 12 Nov 2011 13:21 WIB

Sanksi terhadap Iran Soal Nuklir, Cina Bilang Bukan Solusi

Rep: Satya Festiani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Reaktor nuklir Iran
Reaktor nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Bukan lagi rahasia bahwa Cina memiliki hubungan bisnis erat dengan Iran. Tak heran Cina memandang sanksi baru yang diberikan pada Iran dapat merusak hubungan kedua negara. “Sanksi bukanlah solusi yang tepat,” ujar Menteri Luar Negeri Cina, Jumat (11/11).

Juru bicara menteri luar negeri, Hong Lei, mengatakan Cina dan Iran memiliki perjanjian bisnis komersial yang transparan, seperti negara-negara lainnya. Perjanjian ini menguntungkan kedua belah pihak.

Perjanjian tersebut, imbuhnya, juga tidak membahayakan aktivitas yang dilakukan negara lain. “Ini tidak melanggar resolusi Dewan Keamanan (DK),” ujar dia. Ia juga menegaskan perjanjian ini tidak mengurangi sudut pandang Cina terhadap pembuatan nuklir.

Ia berpendapat dialog dan kerjasama adalah jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan masalah nuklir di Iran. Sanksi dan tekanan tidak akan menyelesaikan masalah. Namun ia tidak menjelaskan sanksi yang diterapkan sepihak oleh Amerika Serikat dapat membahayakan Beijing atau tidak.

Pemerintah Barat sebenarnya lebih memilih sanksi melalui  DK PBB. Namun, langkah ini terganjal oleh Rusia dan Cina yang memiliki hak veto. Iran adalah negara sumber minyak ketiga terbesar terhadap Cina. Iran menyuplai 20,3 juta ton minyak dalam sembilan bulan pertama pada tahun ini.

Teheran juga menolak tudingan Barat seputar fasilitas nuklirnya. Mereka berkelit program nuklir ini hanya untuk memproduksi listrik dan kepentingan damai lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement