Rabu 21 Dec 2011 17:39 WIB

Bahasa Rusia tak Lagi Laku di Asia Tengah

Rep: Agung sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Peta Rusia dan negara-negara Asia Tengah.
Foto: library.yale.edu
Peta Rusia dan negara-negara Asia Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Tepat pada 26 Desember 1991, Uni Soviet dibubarkan. Kini, wilayah-wilayah peninggalan Negeri Tirai Besi itu melahirkan 12 negara merdeka. Rusia adalah penerus Uni Soviet yang paling dominan di antara pewaris Soviet lainnya.

 

Dominasi Rusia sudah ada sejak zaman kekaisaran. Setelah kekaisaran itu dibubarkan, Uni Soviet melanjutkan supremasi ras Slavia di Jazirah Eurasia. Pengaruh Rusia cukup besar. Mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya, bahkan nyaris hampir di setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat Eurasia.

 

Namun, 20 tahun kemudian, dominasi Rusia mulai mengalami erosi. Yang paling kentara adalah dalam bidang bahasa. Lima negara pewaris Soviet di Asia Tengah, Kazakstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan tidak lagi menggunakan bahasa Rusia sebagai pengantar. Masing-masing menggunakan bahasa tradisional yang menyimbolkan asal-usulnya.

 

Banyak faktor yang menyebabkan bahasa Rusia tidak lagi terpakai. Sebagian besar faktor penyebab merupakan minimnya dana pemerintah untuk pendidikan bahasa Rusia. Di sisi lain, kepemimpinan lokal berusaha memperkuat identitas bahasa lokal sebagai wujud integrasi bangsa. Mereka lalu mengembangkan penguatan tradisi budaya lokal.

 

Meski demikian, bagi para pencari kerja, berkemampuan bahasa Rusia memiliki nilai lebih. Tanpa pengetahuan itu, mustahil bagi seseorang untuk membangun karir. "Pada era Soviet, untuk menjadi anggota Partai Komunis Uni Soviet (PKUS), anda harus pandai berbahasa Rusia," ungkap Direktur Program Asia Tengah dan Kaukasus Universitas Havard, Laura Adam, seperti dikutip Eurasianet.org, Rabu (21/12).

 

Data sensus nasional Kirgistan tahun 2009 lalu menggambarkan kondisi riil dari penurunan penggunaan bahasa Rusia. Disebutkan sensus tersebut, dari 18 juta populasi Kirgistan, hanya 5 persen yang menguasai bahasa Rusia.

Sekitar 50 persen masyarakat Kirgistan berbicara Rusia sebagai bahasa kedua. Sebelumnya, tahun 1999 silam, 14,9 persen responden menggunakan bahasa Rusia sebagai pengantar. Sementara 75 persen menganggap Rusia sebagai bahasa kedua mereka.

 

Di Uzbekistan, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Lembaga Demografi Sekolah Tinggi Ekonomi Nasional di Moskow pada 2004, menunjukkan 60 persen dari masyarakat Uzbek tidak memahami bahasa Rusia. Hanya 20 persen yang memahami bahasa Rusia.

 

Pakar Bahasa Rusia, Jeffrey Mankoff, menilai perubahan bahasa Rusia dengan bahasa Inggris atau bahasa global lainnya tidak menguntungkan bagi negara-negara Asia Tengah dalam berdiplomasi. "Bahasa Rusia adalah sarana untuk berhubungan dengan negara luar di luar negara mereka sendiri," kata Jeffrey.

 

Konsekuensi lain, para tenga kerja yang tidak memiliki kemampuan berbahasa Rusia justru mengalami penganiayaan dan pelecehan. Guna mengatasi masalah ini, Rusia telah menyediakan dana khusus bagi imigran untuk mempelajari bahasa Rusia.

 

Selain tenaga kerja, dunia barat juga mengalami kesulitan untuk menancapkan pengaruhnya lantaran kendala bahasa. Barat sulit berkomunikasi sehingga mengalami kendala dalam memahami masyarakat Asia Tengah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement