Rabu 23 May 2012 09:32 WIB

Inggris Kirim Kapal Perang Bertenaga Nuklir ke Malvinas

Rep: Gita Amanda/ Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi kapal perang Inggris.
Ilustrasi kapal perang Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Keputusan Inggris mengirim kapal selam bertenaga nuklir HMS Talent ke kepulauan Malvinas, kembali menunjukan ketegangan Inggris dan Argentina. Banyak ahli berpendapat pengiriman tersebut sebagai ajang unjuk kekuatan, memperingati kemenangan Inggris atas Argentina pada 30 tahun silam di kepulauan tersebut.

Angkatan Laut Inggris mengirimkan sebuah kapal selam 'menakutkan dan mematikan' ke wilayah yang disengketakan dengan Argentina. Menurut laporan media setempat ini merupakan salah satu ajang pamer kekuatan yang dilakukan Inggris.

Kapal selam kelas Trafalgar tiba secara diam-diam di sebuah pelabuhan di Afrika Selatan, pada Ahad (20/5) lalu. Dari Afsel, kapal rencananya akan berangkat ke Malvinas.

Kapal 'pemburu' ini dipersenjatai dengan rudal Tomahawk, dan diperkirakan akan sampai di Malvinas pada 14 Juni. Pengiriman kapal tersebut untuk memperingati berakhirnya perang Argentina dan Inggris 30 tahun lalu, terkait persengketaan pulau tersebut.

Sayangnya, Kedutaan Inggris di Buenos Aires menolak memberi komentar resmi mengenai keberadaan kapal selam tersebut. Sementara itu, anggota Parlemen Argentina Carlos Raimundi mengatakan, Buenos Aires tak akan mengulangi keputusan gilanya untuk berperang. Tak seperti yang dilakukan Inggris.

"Argentina tak merasa terancam. Kami mungkin akan meminta sanksi ekonomi atau diplomatik jika ketegangan kembali terjadi. Tapi kami tak akan pernah meningkatkan militerisasi lagi di Atlantik Selatan," kata Raimundi.

Buenos Aires dan London terlibat perang selama 74 hari pada 1982 silam. Mereka berperang memperebutkan kepulauan Malvinas. Hasilnya berakhir dengan klaim kemenangan Inggris atas Argentina.

Komite khusus Dekolonisasi PBB juga akan menjawab mengenai perdebatan Malvinas pada 14 Juni. PBB meminta Inggris untuk membahas dekolonisasi tersebut. Namun sejauh ini Inggris menolak melakukannya.

Presiden Argentina Cristina Fernandez menegaskan, niat damai pemerintahannya terkait masalah ini. Namun ia hanya mau menyelesaikan perselisihan tersebut melalui jalur diplomatik.

sumber : Press TV
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement