Sabtu 07 Jul 2012 10:19 WIB

AS dan Rusia Saling Menyalahkan Soal Konflik Suriah

Menteri Luar Negeri AS hillary Clinton dalam konferensi 'Sahabat Suriah' di Turki
Foto: enduringamerica.com
Menteri Luar Negeri AS hillary Clinton dalam konferensi 'Sahabat Suriah' di Turki

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk mengakhiri krisis Suriah,  PBB mengadakan pertemuan di Paris. Pertemuan tersebut merupakan kelanjutan dari dua pertemuan sebelumnya di Tunisia dan Istanbul.

Namun pertemuan itu dianggap sia-sia karena tidak bisa menindak lebih keras pemerintahan Assad.  Pertemuan itu terjadi di tengah laporan bahwa Manaf TLAS, teman Presiden Suriah Assad, pergi ke Prancis. Setelah sebelumnya dia telah meletakkan jabatannya sebagai Komandan Brigade di Garda Republik Elite.

Sementara itu, Anggota oposisi Suriah pada pertemuan Paris mengatakan masyarakat internasional masih bergerak terlalu lambat dalam mengatasi masalah ini. Mereka juga menyerukan tindakan militer sebagai solusi untuk mengakhiri krisis tersebut.

Cina dan Rusia tidak hadir pada pertemuan ini. Pertemuan tersebut dihadiri lebih dari 100 negara yang menentang Presiden Suriah. Mereka melakukan pertemuan tersebut pada Jumat (6/7) dan menyerukan PBB untuk memberi sanksi kepada Suriah.

Dalam pertemuan tersebut menyimpulkan bahwa Assad tidak bisa menjadi bagian dari transisi dan menyerukan Dewan Keamanan untuk memberi sanksi serta menempuh jalur diplomatik. Negara-negara tersebut secara eksplisit melarang penggunaan senjata dalam menangani masalah ini.

Dan dalam pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton mengatakan Rusia dan China harus ‘’membayar’’ tindakan mereka yang  menghambat kemajuan transisi demokrasi di Suriah.  Dia juga mendesak dunia untuk menjatuhi sanski kepada Cina dan Rusia.

Rusia malah menyerang balik AS dengan mengatakan usulan Washington untuk ‘’membayar’’ atas tindakannya membantu rezim bekuasa Assad berkuasa adalah sesuatu yang salah.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Gennady Gatilov kepada kantor berita Interfax mengatakan pernyataan Clinton bertentangan dengan keputusan Jenewa yang diselenggarakan pada Sabtu (30/6).

Rusia sendiri sangat sensitif terhadap campur tangan luar dalam setiap negara berdaulat.  ‘’Apa yang mengkhawatirkan kami adalah komentar seperti itu bertentangan hasil pertemuan Jenewa. Bahkan hasil dari pertemuan tersebut juga telah  disetujui oleh sekretaris negara AS,‘’ kata Gatilov.

PBB telah memperingatkan kepada dunia bahwa ribuan orang lebih di Suriah telah meninggalkan rumah mereka dalam dua minggu terakhir akibat perang yang terjadi di negara tersebut. Selain itu, harga pangan juga naik tiga kali lipat di tujuh provinsi Suriah akibat konflik ini.

Para petani serta peternak  juga terancam bangkrut. "Situasi Suriah semakin parah dan PBB juga tidak memiliki akses ke banyak daerah. Banyak dari 200 ribu penduduk Douma, 15 km utara ibukota Suriah, telah melarikan diri ke pusat kota Damaskus, ’’ kata Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), pada konferensi pers di Jenewa.

sumber : Reuters/Aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement