Kamis 02 Aug 2012 13:25 WIB

Agenda Pertemuan OKI di Makkah: Suriah dan Muslim Rohingya

logo-OKI
logo-OKI

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH - Situasi tragis di Suriah dan nasib buruk orang Muslim Rohingya di Myanmar akan jadi topik utama agenda pertemuan tingkat tinggi luar Biasa Islam di Makkah pada 14-15 Agustus.

Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) Prof. Ekmeleddin Ihsanoglu menyambut baik seruan oleh Khadamul Haramain Raja Abdullah dari Arab Saudi untuk menyelenggarakan pertemuan itu di tengah situasi menyedihkan di sejumlah negara Muslim dan merancang cara menyelesaikannya.

Pertemuan tingkat tinggi tersebut diserukan untuk meningkatkan upaya guna mengatasi perpecahan dan pertikaian di kalangan umat Muslim, kata Ihsanoglu dalam taklimat di Markas OIC di Jeddah, Rabu (1/8). Pertemuan itu bertujuan memperkokoh solidaritas dan persatuan di kalangan umat Muslim, katanya.

Raja Abdullah telah mengundang para kepala negara dan pemerintahan untuk menghadiri pertemuan tersebut, demikian laporan IINA.

Ihsanoglu juga mengungkapkan rencana OIC untuk mengumpulkan bantuan sebanyak 500 juta dolar AS dari negara anggota guna membantu rakyat Suriah yang telah kehilangan tempat tinggal mereka akibat konflik saat ini.

Krisis kemanusiaan di Suriah telah meningkat sampai ke tahap yang memerlukan bantuan sedikitnya 500 juta dolar guna memenuhi kebutuhan rakyat Suriah, kata Ihsanoglu di dalam seruannya kepada para donor.

Suriah dirongrong aksi perlawanan terhadap pemerintah Presiden Bashar al-Assad, yang upayanya untuk memadamkan perlawanan dengan menggunakan kekuatan telah membuat puluhan ribu warga sipil meninggalkan rumah mereka. Banyak di antara mereka kini berada di negara tetangga Suriah.

"Kami menyerukan peningkatan upaya kemanusiaan dan kerja sama di antara organisasi regional dan internasional guna mengirim bantuan kemanusiaan mendesak kepada rakyat Suriah di Suriah dan di negara tetangga," katanya.

Myanmar

Pemimpin OIC tersebut juga mendesak masyarakat Muslim di seluruh dunia untuk memberi bantuan politik, kemanusiaan dan keuangan buat korban kekerasan di Myanmar barat-laut.

"Ini adalah krisis besar kemanusiaan tapi sayangnya kebanyakan masyarakat Muslim dan internasional tidak menyadari betapa besarnya krisis itu. Pada bulan suci ini, saya menyeru semua orang Muslim untuk memberi bantuan guna meringankan kondisi ini," katanya.

Ketegangan lama antara suku Rakhine, yang beragama Buddha, dan orang Muslim Rohingya mendidih lagi di Negara Bagian Rakhine di Myanmar pada Juli. Akibatnya ialah terjadi serangkaian pembakaran dan serangan dengan menggunakan golok, sehingga 77 orang tewas dan lebih dari 100 lagi cedera, kata pemerintah.

Kerusuhan itu telah berdampak pada orang Rohingya dan etnik Rakhine, tapi kelompok hak asasi manusia telah menuduh polisi dan tentara menggunakan kekuatan secara tidak seimbang dan menangkapi orang Muslim Rohingya setelah kerusuhan tersebut.

Hampir 5 ribu rumah telah dibakar dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Pemerintah Myanmar menganggap sebanyak 800 ribu orang Rohingya sebagai pendatang gelap, kendati para pegiat Rohingya mengatakan nenek moyang mereka telah menetap di daerah itu selama beraba-abad.

sumber : Antara/IINA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement