Jumat 14 Feb 2014 22:54 WIB

Mantan Wapres Taiwan Akan Temui Pemimpin Cina

Bendera Taiwan
Foto: cnreviews.com
Bendera Taiwan

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Mantan wakil presiden Taiwan Lien Chan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing pada pekan depan dalam pembicaraan tingkat tinggi terkini di antara kedua pihak, kata pengumuman pada Jumat.

Lien, ketua kehormatan partai berkuasa Taiwan Kuomintang (KMT), akan membahas kepentingan bersama dengan Xi dalam kunjungan tiga hari ke Beijing sejak Senin atas undangan pihak Cina, kata pernyataan kantor Lien.

"Perutusan terdiri atas warga berbagai bidang, yang akan menyuarakan harapan dan saran tentang pertukaran lintas-selat pada masa depan dengan harapan bahwa Cina dapat langsung memahami dan mengikuti perkembangan pendapat umum Taiwan," katanya.

Kunjungan itu terjadi sesudah pembicaraan pertama pemerintah dengan pemerintah antara Taiwan dengan Cina sejak mereka berpisah 65 tahun lalu akibat perang saudara.

Wang Yu-chi, pejabat puncak Taiwan pengawas kebijakan tentang Cina, pada Selasa bertemu timpalannya dari Cina, Zhang Zhijun, di Nanjing dalam langkah perlambang, tapi bersejarah, di antara mantan pesaing itu.

Beijing masih mendaku pulau swa-pemerintah itu sebagai bagian dari wilayahnya menunggu penyatuan kembali.

Lien menjadi pemimpin pertama partai nasionalis KMT mengunjungi Cina sesudah 56 tahun ketika ia bertemu dengan Presiden Hu Jintao pada 2005, yang secara resmi mengakhiri permusuhan dengan pihak komunis itu. Pada tahun lalu, Lien bertemu dengan Xi di Beijing.

Hubungan dengan Cina membaik sejak Ma Ying-jeou dari KMT menjadi presiden Taiwan pada 2008 dengan kebijakan ramah Beijing. Ia terpilih kembali pada 2012 untuk masa bakti terakhir empat tahun.

Pejabat Taiwan, yang berkunjung ke Cina, pada Rabu menyatakan kedua pihak membahas pendirian kantor penghubung, sehari setelah mereka mengadakan pembicaraan pertama antarpemerintah sejak terpisah 65 tahun lalu.

Pejabat Taiwan pengawas kebijakan atas Cina, Wang Yu-chi, mendesak lebih banyak upaya untuk membangun hubungan tenang. Pengamat menyatakan kantor penghubung di kedua sisi selat Taiwan itu dapat melayani beberapa tugas diplomatik.

"Tujuan mendirikan kantor bersama adalah murni untuk melayani warga di kedua sisi selat itu," kata Wang kepada mahasiswa di kota timur, Nanjing.

"Meskipun mendirikan kantor bersama agak peka secara politik, mereka harus netral secara alamiah," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement