Kamis 24 Apr 2014 18:02 WIB

Akhirnya Bentrok di Ukraina Pecah, Akan Perang Dunia?

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Peta Ukraina
Foto: VOA
Peta Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV– Bentrok antara pasukan militer Ukraina dengan para pendukung Rusia pecah di dua kota di Ukraina timur. Laporan tersebut disampaikan oleh menteri dalam negeri dan pertahanan Ukraina di tengah-tengah tuduhan Amerika Serikat kepada Rusia yang terus mengintervensi krisis di negara itu.

Dilansir dari Aljazirah, tentara Ukraina mengambil alih kota pelabuhan di Mariupol  pada Kamis pagi serta mengusir para militan yang berusaha menguasai pangkalan militer di Artemivsk. Peristiwa ini juga dilaporkan oleh sumber dari separatis.

Kota tersebut merupakan lokasi penyerangan pemberontak terhadap pasukan tentara pada pekan lalu yang menewaskan tiga orang. Kelompok separatis ini menduduki kota tersebut sejak 13 April. “Kota itu telah dibebaskan dan dapat digunakan seperti biasanya,” kata Arsen Avakov, menteri dalam negeri Ukraina.

Sedangkan, di Artemivisk, utara Donetsk, menteri pertahanan Ukraina menyatakan hampir 100 kelompok separatis melepaskan tembakannya menggunakan senjata otomatis, dan senjata mesin, serta granat dalam serangan di pangkalan militer. Disebutkan, dalam serangan tersebut seorang tentara terluka, namun kondisinya tidak parah.

“Para penyerang diusir dan kalah,” kata Oleksandr Turchynov, presiden sementara Ukraina. Menteri dalam negeri Ukraina pun mengkonfirmasi aksi para pemberontak ini dan mengatakan bahwa aksi tersebut dipimpin oleh tentara Rusia.

Dalam akun Facebook milik Avakov, disebutkan serangan tersebut dilakukan untuk merebut persenjataan dari militer Ukraina. Namun hingga kini belum ada konfirmasi dari sumber selain pemerintah terkait insiden di Artemivsk.

Bentrokan itu dilaporkan terjadi setelah presiden AS mengatakan Rusia telah gagal meredakan ketegangan di Ukraina. AS pun mengancam akan menjatuhkan sanksi lebih besar terhadap Rusia. Meskipun begitu, Obama mengatakan ia membutuhkan dukungan dari para sekutunya untuk menjatuhkan sanksi tersebut kepada Rusia dan presiden Putin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement