Ahad 06 Jul 2014 10:36 WIB

Warga Cina Terjebak Macet Sembilan Hari Per Tahun

Rep: Niken Paramita Wulandari/ Red: Citra Listya Rini
Kemacetan
Foto: Antara
Kemacetan

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Terjebak dalam kemacetan merupakan satu mimpi buruk saat berkendara. Bukan hanya di Jakarta, hal yang sama juga ternyata terjadi di Cina. Bukan hanya polusi, kemacetan juga telah menyita waktu tempuh perjalanan dan tentunya bahan bakar.

Sebuah lembaga riset lalu lintas, TomTom, baru-baru ini merilis daftar kota-kota di Cina yang menjadi kota macet terparah. Para peneliti ini mengungkapkan pengendara rata-rata menghabiskan sembilan hari kerja per tahun akibat duduk dit tengah kemacetan.

Hasil riset selama 2013, kota terparah menurut TomTom di Cina adalah Tianjin, dengan kemacetan rata-rata 56 persen. Di kota ini waktu tempuh juga mengalami peningkatan 56 persen dibanding dengan waktu tempuh normal.

Angka ini meroket 95 persen ketika sampai di jam puncak saat malam hari, meningkat hampir dua kali lipat. Dua kota terparah lainnya adalah Hangzhou dan Beijing. Dengan rata-rata kemacetan masing-masing 47 persen dan 43 persen. 

TomTom membandingkannya dengan data di Amerika. Di Amerika, Los Angeles dianggap sebagai kota terpadat. Dengan tingkat kemacetan rata-rata 36 persen dan 75 persen di jam puncak malam hari. Namun menariknya, posisi ini setara dengan peringkat ke-11 kota termacet di Cina yang diduduki oleh Shenyang.  

Pemerintah kota Cina sendiri sudah menempuh berbagai cara demi mengurangi kondisi ini, tapi nampaknya tak membantu banyak. Shanghai yang ada di peringkat ke-7, sudah memberlakukan aturan pembayaran jalan.

Di Beijing aturan biaya masuk juga diberlakukan dan pembatasan pendaftaran kendaraan baru. Menurut TomTom, penduduk pedesaan di Cina terus mengalir ke kota-kota demi mencari pekerjaan. Lantas bagaimana dengan Indonesia?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement