Rabu 05 Nov 2014 12:01 WIB

Liberia Laporkan Penurunan Angka Penularan Ebola

Pusat perawatan ebola yang berkapasitas 200 tempat tidur di Monrovia dibuka hari Jumat (31/10). Pusat perawatan ebola yang berkapasitas 200 tempat tidur di Monrovia dibuka hari Jumat (31/10).
Foto: Reuters
Pusat perawatan ebola yang berkapasitas 200 tempat tidur di Monrovia dibuka hari Jumat (31/10). Pusat perawatan ebola yang berkapasitas 200 tempat tidur di Monrovia dibuka hari Jumat (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA -- Lembaga kesehatan di Liberia pada Selasa (4/11) menyatakan negeri itu telah menyaksikan penurunan angka penularan Ebola dalam beberapa pekan belakangan, tapi mengingatkan warga agar tidak merasa puas kendati ada perubahan itu.

Tolbert Nyenswah, Asisten Menteri Kesehatan Liberia, melaporkan kemajuan tersebut dalam satu pertemuan mengenai perkembangan terkini dalam perang melawan wabah Ebola, demikian antara lain isi pernyataan presiden yang diterima Xinhua di Monrovia, Ibu Kota Liberia.

Nyenswah, yang juga adalah Kepala Sistem Penanganan Peristiwa, menekankan tak boleh ada rasa puas dalam melaksanakan langkah pencegahan, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang. Sebabnya ialah satu orang yang terinfeksi atau satu mayat dapat memicu rangkaian penularan yang dapat menyebar ke seluruh masyarakat di negeri itu, katanya.

Selama pertemuan tersebut, Presiden Ellen JohnsoN Sirleaf dan para kepala Majelis Legislatif Nasional berjanji akan melanjutkan konsultasi mereka dengan berbagai pemegang saham, termasuk mitra internasional, mengenai berlanjutnya kehadiran Keadaan Daruat --yang masanya berakhir pada 12 November.

Pemimpin Liberia itu memuji mitra internasional, pekerja kesehatan dan semua rakyat Libiera atas sumbangan mereka bagi perang yang berlangsung guna menghapuskan penyakit Ebola di negeri tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan di dalam keterangan terkininya bahwa 4.951 orang telah meninggal akibat Ebola di delapan negara dan secara keseluruhan terdapat 13.567 kasus yang dilaporkan hingga 29 Oktober. Guinea, Liberia dan Sierra Leone termasuk di antara negara yang paling parah diserang penyakit mematikan itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement