Ahad 23 Nov 2014 23:04 WIB

Pembicaraan Nuklir Iran Akan Diperpanjang

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Putaran perundingan terkait program nuklir Iran
Foto: VOA
Putaran perundingan terkait program nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Negara kekuatan dunia dan Iran pada Sabtu kemarin, tengah berjuang mengatasi perbedaan penting untuk mengakhiri kebuntuan masalah nuklir selama 12 tahun. Kesenjangan yang masih besar, meningkatkan kemungkinan perpanjangan pembicaraan tersebut.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, kesenjangan besar tetap terlihat dalam pembicaraan di Wina yang digelar sebelum batas waktu 24 November. Meski ada beberapa kemajuan, sebuah sumber Eropa mengatakan kemungkinan kesepakatan tercapai pada Senin (24/11) esok sangat kecil.

Para diplomat mengatakan, kerangka kesepakatan kemungkinan akan tercapai beberapa minggu atau bulan kedepan. Kesepakatan diperlukan untuk menyepakati rincian yang sangat penting mengenai bagaimana kesepakatan nuklir akan dilaksanakan.

Mereka sepakat untuk melanjutkan negosiasi dibandingkan membiarkan kesepakatan runtuh dan mempertaruhkan ketegangan baru. Namun para diplomat memperingatkan, perpanjangan bisa mendorong pembicaraan ke dalam siklus yang tak pernah berakhir.

Negosiasi di Wina dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa lama antara Iran dan Barat. Negosiasi akan menghapus setidaknya satu sumber potensi konflik dari Timur Tengah dan gejolak yang berkembang.

"Kemungkinan mencapai kesepakatan dalam 48 jam ke dapan sangat kecil. Perasaan kami mereka (para perunding) tak memiliki banyak fleksibiltas," kata sumber Eropa tersebut.

Sumber menambahkan, tak ada kemajuan signifikan pada masalah pengayaan uranium dan pencabutan sanksi Iran terkait program nuklir Iran. Sumber-sumber diplomatik mengatakan pada Jumat (21/11), Kerry dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mendiskusikan ide-ide baru untuk membuka blokir  negosiasi antara Teheran dan enam negara kekuatan dunia.

Kerry, Zarif dan utusan Uni Eropa Catherine Ashton kembali bertemu pada Sabtu.

Para pejabat mengatakan, kebuntuan masih tetap terjadi pada isu-isu kunci dan masalah batas waktu telah diperpanjang selama empat bulan. Pelonggaran sanksi juga diperlukan untuk mendorong kembali pembicaraan.

"Kami berharap kami membuat kemajuan. Tapi kemi memiliki beberapa kesenjangan yang serius, kami berupaya memperkecilnya," kata Kerry.

Para pejabat Barat mengatakan, Iran tak bergeming pada isu-isu kunci seperti pengayaan uranium. Mereka mengatakan, Iran telah menolak untuk mengurangi kapasitas pengayaan. Washington menginginkan jeda pembicaraan bisa diperpanjang untuk setidaknya satu tahun.

Dilansir dari Reuters, Ahad (23/11) sementara itu Iran juga menolak tuntutan Barat, yang mengatakan kesepakatan harus bertahan hingga 20 tahun. Tapi para diplomat mengatakan enam negara cenderung mengalah pada tuntutan untuk pengungkapan penuh proyek senjata rahasia Teheran.

Sebelumnya, pada Sabtu, para pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan Kerry mengadakan pertemuan dengan para menteri luar negeri Uni Emirat Arab seperti Kuwait, Qatar dan Bahrain. Ia juga menggelar pertemuan terpisah dengan para menteri luar negeri Turki dan Kanada.

Kerry juga berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Netanyahu berulang kali menyuarakan skeptisismenya mengenai pemulihan hubungan dengan musuh bebuyutannya Iran. Teheran selama ini mengatakan, senjata atom Israel mengancam perdamaian dan stabilitas regional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement