Rabu 26 Nov 2014 11:45 WIB

Protes di Burkina Faco Picu Menteri Mundur

Pemimpin transisi Burkina Faso, Kolonel Isaac Zida.
Foto: Reuters
Pemimpin transisi Burkina Faso, Kolonel Isaac Zida.

REPUBLIKA.CO.ID, OUGADOUGOU -- Seorang menteri di pemerintahan transisi Burkina Faso yang dianggap dekat dengan mantan pemerintahan Presiden Blaise Compaore mengundurkan Selasa setelah dua hari protes atas pengangkatannya, kata kantor perdana menteri.

Pengunduran diri ini merupakan ujian awal bagi para pemimpin baru negara Afrika Barat itu, Presiden Michel Kafando dan Perdana Menteri Letkol Isaac Zida, yang akan memimpin sampai pemilu yang direncanakan pada tahun 2015.

Compaore mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu pada akhir Oktober menyusul protes-protes atas upayanya untuk mengamandemen konstitusi untuk memperpanjang 27 tahun kekuasaannya.

Satu periode singkat pemerintahan militer di bawah Zida terjadi sebelum ia menyerahkan tekanan Uni Afrika untuk menyerahkan kembali kekuasaan ke tangan penguasa sipil.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Adama Sagnon, yang ditunjuk menjadi salah satu dari 26-anggota pemerintah sementara pada akhir pekan, menyampaikan pengunduran diri Selasa dan diterima.

Sebelumnya pada hari itu, ratusan orang berunjuk rasa di depan kementeriannya dan menuduhnya tidak cukup berbuat untuk menyelidiki pembunuhan misterius wartawan investigasi terkemuka Norbert Zongo pada tahun 1998.

Sagnon, yang menyangkal melakukan kesalahan dalam kasus Zongo, adalah jaksa pada saat kasus itu diberhentikan pada tahun 2006.

"Kami ingin menunjukkan penolakan kami untuk mendukung penunjukan Hakim Adama Sagnon yang terlibat dalam kasus Norbert Zongo," kata Rasmane Ouedraogo, musisi Burkinabe yang berpartisipasi dalam protes terbaru.

Dengan pengecualian penunjukan Sagnon, kalangan politik di Burkina Faso menyatakan puas dengan komposisi pemerintah sementara, yang diambil dari militer, masyarakat sipil dan partai politik.

"Kami tidak berpura-pura bahwa kita dapat membentuk pemerintah dengan sempurna, tetapi kami berpikir bahwa kita dapat menginstal sebuah tim yang merespon baik dengan tujuan piagam transisi," kata Zida, Senin.

Burkina Faso, produsen kapas berusaha untuk mengembangkan sektor pertambangan, telah bertindak sebagai sekutu kunci Barat terhadap gerilyawan Islam di sabuk Sahel selatan Sahara yang gersang.

Prancis telah memiliki satuan pasukan khusus yang berbasis di Burkina Faso sebagai bagian dari operasi kontra-terorisme regional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement