Kamis 27 Nov 2014 08:23 WIB

Media Malaysia: Pilih Pendekatan Konfrontasi, Jokowi Angkuh

Harian Utusan Malaysia yang memberitakan tentang Jokowi.
Foto: Republika
Harian Utusan Malaysia yang memberitakan tentang Jokowi.

REPUBLIKA.CO.ID, PUTRA JAYA -- Perintah Presiden Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi, yang memerintahkan untuk menenggelamkan perahu asing yang masuk wilayah NKRI mendapat sorotan media Malaysia. Harian Utusan Malaysia versi daring menyebut langkah Jokowi itu sebagai bentuk pendekatan konfrontasi dengan Malaysia.

"Dalam keghairahan sesetengah pihak di negara ini yang mendokong gagasan “bangsa serumpun” tetapi Indonesia mengambil pendekatan bertentangan semangat serumpun," demikian laporan utama berjudul 'Maaf Cakap, Inilah Jokowi'.

Pada Kamis lalu, ulas media tersebut, Jokowi mencetuskan kontroversi dengan memerintahkan pihak berkuasa maritim (TNI AL) untuk menenggelamkan semua perahu nelayan Malaysia yang dilaporkan ditahan karena memasuki perairan negara Indonesia. Bagi Jokowi, tindakan itu akan memberikan kesan untuk mengurangi tindakan nelayan Malaysia yang masuk ke kawasan perairan negara itu.

Arahan itu, menurut mereka, menggambarkan Jokowi pemimpin yang sedikit angkuh dalam mengelola isu antarnegara. Ini seolah-olah memperlihatkan Jokowi memilih pendekatan konfrontasi, bertentangan dengan gambaran yang diberikan sebelum ini. Tetapi, tidak dinafikan sebagian besar rakyat Indonesia berbudaya dan memiliki tata krama tinggi.

"Pada masa yang sama elok ditelaah semula frasa “ bangsa serumpun” dalam konteks yang lebih realistik ketika ini supaya tidak kelihatan hanya Malaysia sahaja yang beriya-iya sedangkan Indonesia sebaliknya," demikian Utusan Malaysia melaporkan.

Arahan Jokowi itu berdasarkan laporan media Indonesia bahwa 200 nelayan Malaysia ditahan karena memasuki perairan Indonesia. Pihak Maritin Malaysia bagaimanapun menafikan nelayan Malaysia ditahan di Indonesia kerana tidak mendapat laporan tentang penahanan itu.

Utusan Malaysia pada Jumat lalu melaporkan Jokowi yang berkata, “Tidak perlu menahan mereka. Karamkan bot mereka. Karamkan 10 hingga 20 bot. Itu membuatkan mereka berfikir.”

Sementara itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto kepada Reuters menyatakan, pencurian nelayan asing mengakibatkan Indonesia mengalami kerugian 25 miliar dolar AS atau sekitar Rp 304 triliun setahun.

“Kami harap tindakan itu dapat memberi pesan kepada negara jiran, seperti Malaysia bahwa tindakan tersebut bukan satu tindakan biasa bagi kami,” kata Andi kepada Reuters. Malaysia, kata dia, mesti memahami pesan ini dan mengambil tindakan serius yang menjurus kepada ancaman ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement