Rabu 28 Jan 2015 15:35 WIB

FARC Sebut Serangan Militer Membahayakan Perdamaian Kolombia

FARC
Foto: AP/Ricardo Mazalan
FARC

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Kelompok gerilyawan FARC, Selasa, memperingatkan bahwa serangan militer yang telah mengakibatkan 20 orang tewas sejak gencatan senjata sepihak pemberontak mulai berlaku bulan lalu, membahayakan perundingan damai.

Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, atau FARC, menuduh "sektor-sektor perang (militer)" berupaya untuk menyabotase gencatan senjata sepihak, dan mengatakan serangan itu membuat keputusan pemberontak untuk menghentikan operasi ofensif semakin sulit dilanjutkan.

Presiden Juan Manuel Santos telah mengakui bahwa FARC telah memenuhi gencatan senjata sepihak yang diumumkan pada 20 Desember, tapi ia menolak untuk melakukan hal serupa.

"Penyebaran pasukan disertai dengan pemboman, pendaratan dan serangan sampai saat ini telah mengakibatkan enam gerilyawan tewas, enam luka-luka, dua ditangkap, dan juga disayangkan jatuhnya korban pihak tentara sebanyak 14 orang tewas, dan lima lainnya cedera," kata FARC dalam sebuah pernyataan melalui surat elektronik.

"Bahkan ketika kami memperingatkan pasukan gerilya kami di negara ini tentang situasi yang serius, kami mengirimkan SOS untuk gerakan sosial dan populer di Kolombia," katanya.

FARC telah melakukan pembicaraan damai dengan pemerintah sejak November 2012. Suatu dialog terbaru dan paling menjanjikan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung 50 tahun, suatu aksi terlama di Amerika Latin.

Merujuk pada operasi militer pemerintah, FARC mengatakan, "suatu aksi tidak bertanggung jawab tersebut telah menciptakan suasana yang tegang, membuat gencatan senjata sepihak menjadi semakin tidak dapat dilanjutkan."

Sementara Santos berpendapat bahwa gencatan senjata bilateral akan memungkinkan para pemberontak untuk meningkatkan kekuatan, namun FARC mengatakan "apa yang kami lihat adalah bahwa tentara yang memanfaatkan penghentian sepihak operasi ofensif kami untuk mendapatkan keuntungan militer."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement