Senin 02 Feb 2015 01:02 WIB

Uni Afrika Kirim 7.500 Pasukan Hadapi Boko Haram

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agung Sasongko
Konflik yang melibatkan Boko Haram (ilustrasi)
Foto: REUTERS/AFOLABI SOTUNDE
Konflik yang melibatkan Boko Haram (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Uni Afrika sepakat kirim 7.500 pasukan dari lima negara untuk melawan kelompok Boko Haram di Nigeria. Lima negara antara lain Nigeria, Chad, Kamerun, Niger, dan Benin.

Presiden Ghana John Mahama memutuskan untuk membentuk struktur komandonya. "Ketika mereka bertemu di Yaounde kesepakatan terjalin," ujar Mahama seperti dilansir dari AFP,Senin (2/2).

Seruan untuk pengiriman pasukan ini dilakukan ketika pembukaan di KTT Afrika di Addis Ababa, Ethiopia. Terorisme yang dilakukan Boko haran terhadap rakyat Nigeria merupakan ancaman keselamatan bersama.

Tak hanya Nigeria, ancaman ini telah menyebar ke daerah diluar Nigeria sehingga perlu respon bersama, efektif dan tegas, kata Nkosazana Dlamini Zuma pemimpin komisi Uni Afrika. Konflik juga terjadi di tempat lain seperti perang saudara di Sudan Selatan dan Republik Afrika Tengah, serta serangan yang diluncurkan baru-baru ini oleh Republik Demokratik Kongo pada kelompok Hutu Rwanda.

Dewan perdamaian dan keamanan Uni afrika menyerukan untuk membentuk kekuatan 7.500 tentara dari lima negara untuk menghentikan Boko Haram. Kekuatan ini akan memiliki dukungan dari Uni afrika dan akan meminta persetujuan Dewan Keamanan PBB.

Lebih dari 13 ribu telah tewas dan lebih dari satu juta kehilangan rumah akibat kekerasan Boko Haram sejak 2009. Sekjen PBB Ban Ki Moon mengatakan Boko Haram adalah kelompok berbahaya bagi perdamaian dan keamanan nasional, regional dan internasional.

Pasukan Chad telah menewaskan 120 militan Boko Haram ketika melawan mereka di Kamerun pada Sabtu (31/1). Namun Chad juga menelan korban tiga tentaranya harus tewas.

Boko haram baru-baru ini menyerang perbatasan Nigeria dengan kamerun dan Chad. Chad dan Kamerun telah meningkatkan penyebaran pasukan untuk melawan militan. N reuters/Ratna Ajeng Tejomukti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement