Sabtu 28 Mar 2015 21:45 WIB

Prabowo Beri Penghomatan Terakhir untuk Lee Kuan Yew

Lee Kuan Yew
Foto: EPA/Stephen Morrison
Lee Kuan Yew

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Lebih 415.000 orang, atau setara dengan 12 persen dari penduduk Singapura, telah mengunjungi gedung parlemen untuk memeberikan penghormatan terakhir kepada mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew, Sabtu (28/3). Informasi terbaru dari Komite Penyelenggara Pemakaman Negara menyebutkan antrian orang-orang yang berkabung untuk masuk ke gedung itu akan ditutup pukul 20.00 waktu setempat dalam persiapan bagi kremasi negarawan Asia itu pada Ahad (28/3).

aJumlah orang yang datang berduyun-duyun pada Jumat malam memaksa pemerintah untuk membatalkan antrian panjang yang hendak masuk demi alasan keamanan tetapi dibuka kembali sebelum fajar pada Sabtu karena antrian sudah berkurang. Jasad Lee dibaringkan di lobi utama parlemen sejak Rabu setelah ia wafat pada Senin pada usia 91 tahun.

Prabowo Subianto juga memberikan penghormatan terakhirnya bersama dengan taipan Internet Tiongkok Jack Ma. Pada Sabtu siang, waktu bagi masyarakat yang berniat melihat peti jenazah Lee telah dikurangi jadi empat jam dari sebelumnya 10 jam.

Lee akan dikremasi dalam suatu upacara yang khusus dihadiri keluarga dan orang-orang terdekat pada Ahad setelah pemakaman oleh negara yang akan dihadiri para pemimpin Asia-Pasifik dan tokoh-tokoh dunia.

Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan teman lama Lee, Henry Kissinger, termasuk di antara para pengunjung VIP yang datang untuk menyampaikan penghormatan terakhir.

"Ibuku bercerita tentang kisah-kisah bagaimana Tuan Lee pemimpin baik bagi Singapura. Ia telah banyak membantu orang dengan memberi mereka negeri yang indah dan bersih," kata Annabel Lee, seorang siswa berusia delapan tahun. Ia bersama ibunya antri untuk memberikan penghormatan terakhir.

Negara kota itu berpenduduk 5,5 juta orang tetapi hanya 3,34 juta di antaranya adalah warga negaranya. Sisanya merupakan pekerja tamu, ekspatriat dan keluarga mereka. "Ini hari terakhir dan saya mengatakan kepada istri saya bahwa saya harus datang memberikan penghormatan terakhir, tak masalah apapun yang terjadi," ujar S. Sangarapandy, 60 tahun, seorang sopir pegawai pemerintah.

Ia terisak-isak terkenang kembali dengan Lee yang terharu di televisi ketika mengumumkan pemisahan Singapura dari Malaysia pada 1965.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement