Selasa 31 Mar 2015 15:29 WIB

Presiden Suriah Sebut Rusia Pasok Senjata Selama Konflik

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto: Reuters
Presiden Suriah Bashar al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS-- Presiden Suriah Bashar al-Assad mematahkan klaim Moskow, yang mengatakan mereka menandatangani kesepakatan senjata sebelum konflik pecah di negara tersebut.

Menurut Assad, Rusia memasook senjata ke Damaskus di bawah kontrak yang telah ditandatangani sebelum dan selama konflik berlangsung. Aljazirah melaporkan, komentar Assad tersebut dimuat dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh suratkabar pemerintah Rusia Rossiyskaya Gazeta pada Senin (30/3).

Komentar tersebut tampaknya bertentangan dengan klaim Moskow yang mengatakan, setiap pasokan senjata ke pemerintah Suriah disepakati sebelum konflik.

"Ada kontrak yang ditandatangani sebelum krisis dan ada yang selama krisis. Ada perjanjian lain terkait pasokan senjata dan kerjasama yang ditandatangani selama krisis dan sekarang sedang dilaksanakan," kata Assad. Tapi tak memberikan rincian senjata apa yang dipasok oleh Rusia.

Assad juga mengatakan, ia dan sekutu dekatnya Rusia dan Iran menginginkan keseimbangan dunia. Mereka menginginkan stabilitas dan tercapainya solusi politik di Suriah. Menurut Assad, Suriah, Rusia dan Iran memiliki pandangan yang sama terkait konflik.

"Ini bukan hanya tentang Suriah. Saya (sebuah) negara kecil. Ini bukan tentang ketertarikan pada Suriah. Mereka bisa mendapatkannya di tempat lain. Jadi ini tentang masa depan dunia," kata Assad seperti dilansir Yahoo News, Selasa (31/3).

Sementara itu, menanggapi komentar Assad mengenai pasokan senjata Rusia untuk Suriah, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov tak mengkonfirmasi pernyataan Assad. Tetapi ia membela hubungan militer Moskow dengan Damaskus, yang merupakan sekutu lama.

"Bahkan, Moskow selalu menekankan bahwa telah terjadi dan tak ada embargo pada kerja sama militer. Tak ada batasan hukum pada (kerjasama) kami," kata Peskov.

Kementerian Pertahanan Rusia yang dihubungi melalui telepon menolak berkomentar langsung. Hingga saat ini Rusia mengoperasikan pangkalan Angkatan Laut di Tartus, sepanjang pantai barat Suriah. Pangkalan tersebut mencakup kapal perang, barak dan gudang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement