Selasa 28 Apr 2015 13:39 WIB

Kerusuhan Meletus di Baltimore

Bendera AS
Bendera AS

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kerusuhan dan kekerasan meletus di Baltimore, Amerika Serikat, Senin, ratusan orang menjarah toko dan membakar gedung, menyebabkan sekitar 15 polisi terluka, setelah pemakaman seorang pria hitam berusia 25 tahun, yang meninggal dalam tahanan kepolisian.

Kerusuhan itu terjadi hanya beberapa blok dari tempat pemakaman Freddie Gray, kemudian menjalar ke Baltimore Barat sebagai unjukrasa terbesar di Amerika Serikat sejak peristiwa di Ferguson, Missouri, tahun lalu.

Petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api di gedung-gedung pada Senin malam termasuk yang melalap sebuah gereja tua yang sedang dalam pemugaran di Baltimore Timur.

Polisi mengatakan bahwa penjarahan dan penyerangan terhadap petugas polisi terus berlanjut hingga malam.

Gubernur Marland, Larry Hogan, seorang Republikan, menyatakan keadaan darurat negara dan mengirimkan pasukan keamanan nasional.

Polisi menangkap sekitar 27 orang dan sekolah-sekolah akan ditutup pada Selasa waktu setempat. Jam malam diberlakukan mulai Selasa malam dengan pengecualian untuk pekerjaan khusus termasuk gawat darurat medis.

Kematian Gray pada 19 April membangkitkan kembali kemarahan masyarakat atas perlakukan polisi terhadap warga Amerika keturunan Afrika antara lain yang terjadi pada kasus penembakan pria hitam tak bersenjata oleh polisi di Ferguson, kota New York tahun lalu dan di tempat-tempat lain.

Setelah beberapa hari aksi damai akibat kematian Gray, kerusuhan terjadi pada Senin.

Walikota Rawling-Blake menyebut para penjarah "keji" dan tidak ada hubungannya dengan protes terhadap sikap brutal polisi.

Penjarah menyerbu toko minuman, toko obat dan pusat perbelanjaan, laci-laci kasir dan memecahkan jendela mobil di depan hotel-hotel utama bahkan juga menyerang pipa air pemadam kebakaran ketika petugas berusaha memadamkan toko obat yang dijarah dan dibakar massa.

Pertandingan baseball hari itu diurungkan, kegiatan bisnis dan stasiun kereta ditutup di kota berpenduduk 620.000 jiwa yang terletak sekitar 64 km dari ibukota.

"Semua ini terjadi karena masyarakat muak dengan ulah polisi yang membunuh anak-anak muda hitam tanpa alasan. Ini adalah hari yang menyedihkan tetapi harus terjadi," kata

Tony Luster (40), penyandang cacat yang turun ke jalan mengawasi garis polisi.

Kerusuhan terkait rasialisme dan kebrutalan polisi sering melanda Amerika Serikat pada masa lalu.

Kerusuhan di Los Angeles pada 1992 menyebabkan 50 orang meninggal dipicu oleh kekerasan oleh polisi terhadap seorang pengendara motor Rodney King, sedangkan pada 1968 puluhan orang meninggal dan sejumlah lainnya terluka di Baltimore setelah peristiwa pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia, Martin Luther King Jr.

Keluarga Gray menyatakan mereka melakukan unjukrasa damai dan setelah terjadi penjarahan, pastor dan tokoh masyarakat turun ke jalan untuk mencegah kekerasan dan bentrok antara polisi dan kaum muda hitam.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement