Selasa 05 May 2015 00:54 WIB

Rumah Penembak Kartun Dallas Diperiksa

Rep: C25/ Red: Indira Rezkisari
 Pita kuning kepolisian disematkan ke bangunan di komplek apartemen Autumn Ridge di Phoenix, Arizona. Tempat itu diduga sebagai kediaman kawanan bersenjata yang memuntahkan tembakan ke konferensi yang memperlihatkan kartun Nabi Muhammad di Dallas.
Foto: Reuters
Pita kuning kepolisian disematkan ke bangunan di komplek apartemen Autumn Ridge di Phoenix, Arizona. Tempat itu diduga sebagai kediaman kawanan bersenjata yang memuntahkan tembakan ke konferensi yang memperlihatkan kartun Nabi Muhammad di Dallas.

REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- Polisi AS sedang mencari rumah yang diduga menjadi markas kawanan bersenjata yang menyerang sebuah konferensi tentang kartun Nabi Muhammad di Dallas, Texas.

Seorang petugas FBI mengatakan pihaknya sedang mengumpulkan bukti di sebuah apartemen di Phoenix, Arizona. Media AS melaporkan, seperti dikutip BBC (5/5), salah satu tersangka diidentifikasi sebagai Elton Simpson, yang sebelumnya telah diselidiki atas dugaan pelanggaran terorisme.

Dua orang bersenjata ditembak mati setelah menembakkan senjata  di luar kontes pada Ahad. Mereka melintas ke Muhammad Art Exibit di Dallas, di pinggiran Garland saat acara berakhir. Mereka menembak dan melukai seorang petugas keamanan sebelum dibunuh oleh polisi.

Acara Ahad malam itu diselenggarakan oleh American Freedom Defense Initiative (AFDI), yang dijalankan oleh blogger kontroversial sekaligus aktivis, Pamela Geller. Salah satu pembicara adalah politisi Belanda Geert Wilders, pengkritik keras Islam di masyarakat Barat.

Konferensi ini termasuk kontes yang menawarkan hadiah 10 ribu dolar AS untuk kartun Nabi Muhammad. Penggambaran Nabi Muhammad sendiri menyinggung umat Islam.

Para petugas kepolisian percaya bahwa Simpson mengirim beberapa pesan Twitter sebelum aksi penembakan pada hari Ahad. Termasuk salah satunya dengan tagar #texasattack dan berbunyi, "semoga Allah menerima kita sebagai mujahidin". Akun Twitternya kemudian ditangguhkan.

Simpson sendiri dilaporkan pernah dihukum beberapa tahun yang lalu karena berbohong kepada pihak berwenang tentang rencananya untuk melakukan perjalanan ke Afrika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement