Rabu 06 May 2015 19:19 WIB

Minimnya Dai di Jerman

Rep: c08/ Red: Damanhuri Zuhri
Muslim Jerman (Illustrasi)
Muslim Jerman (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Semangat Pemerintah Jerman untuk menerapkan Pendidikan Agama Islam, terkendala oleh bahasa. Bahasa merupakan salah satu persoalan dalam mendekatkan masyarakat Jerman dengan ilmu-ilmu Islam.

Kendala itu sangat terasa mengingat sebagian besar dai di negeri ini tidak lahir dan besar di Jerman. Hal ini menimbulkan kekhawatiran, ajaran Islam yang mereka dakwahkan tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh kalangan pemuda yang berniat mendalami Islam.

Kurangnya tenaga dai dan kendala bahasa tersebut, menurut Behr, membuat para pemuda yang berminat mendalami Islam rentan dipengaruhi pihak-pihak yang tak bertanggung jawab lalu menjerumuskan mereka kepada pemahaman Islam yang ekstrem.

Karena itu, Behr berupaya sekuat tenaga agar para mahasiswanya mendapat ilmu Islam yang benar. “Ketika dai radikal muncul di suatu tempat, saya yakin para mahasiswa akan berdebat dengan orang-orang itu lalu menjelaskan ajaran Islam yang benar.”

Dengan dukungan yang diberikan pemerintah dengan memfasilitasi pendidikan Islam, Behr optimistis, pihaknya akan mencetak banyak cendekiawan Muslim yang mampu menjawab semua pertanyaan warga tentang Islam.

“Saya mengajar untuk membuka pandangan dunia agar tidak kaku dan bermusuhan dengan agama lain,” kata Behr menerangkan.

Selama ini, lanjut Behr, yang terjadi di Jerman adalah karena tidakadanya pihak yang mampu memberi pencerahan terkait Islam yang selalu dituding sebagai agama penyokong kekerasan dan ekstremisme. “Hal inilah yang membuat sebagian warga Jerman ikut-ikutan membenci Islam.”

Saat ini, Jerman adalah negara berpenduduk Muslim terbesar kedua di Eropa setelah Prancis. Di Jerman, Islam merupakan agama terbesar ketiga setelah Protestan dan Kristen Katolik.

Data menunjukkan, populasi Muslim di Jerman saat ini mencapai empat juta jiwa, sebanyak 220 ribu orang di antaranya tinggal di ibu kota Jerman, Berlin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement